Pilihan +INDEKS
PPN XIII Jakarta: Puisi Menjalin Persaudaraan Asia Tenggara, Ini Sejarahnya

JAKARTA (Sunting.co.id) — Sekitar 18 tahun lalu, pada 2007, gagasan Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) lahir di Medan. Saat itu, sekitar 50 penyair dari lima negara Asia Tenggara—Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand—berkumpul atas prakarsa Laboratorium Sastra Medan. Dari pertemuan inilah lahir tekad untuk menjadikan puisi sebagai pengikat persaudaraan lintas bangsa.
Sejak awal, PPN dimaksudkan tidak hanya sebagai ajang silaturahmi para penyair, tetapi juga sebagai forum untuk saling mengenali, memahami, dan mengapresiasi perkembangan perpuisian di kawasan. Kesepakatan bersejarah pun ditandatangani oleh tokoh-tokoh sastra dari lima negara, termasuk Mohamad Saleeh Rahamad dan S.M. Zakir (PENA Malaysia), Viddy AD Daery dan Ahmadun Yosi Herfanda (KSI Indonesia), Afrion (Laboratorium Sastra Medan), Zefri Ariff (Asterawani Brunei Darussalam), Nik Rakib bin Nik Hassan (Nusantara Studies Thailand), serta Djamal Tukimin (Asas 50 Singapura).
Dari Medan, perjalanan PPN terus berlanjut ke berbagai kota dan negara: Kediri, Brunei Darussalam, Kuala Lumpur, Palembang, Jambi, Singapura, Thailand, Tanjung Pinang, Banten, Kudus, hingga kembali ke Kuala Lumpur, dan tahun 2025 ini Jakarta dipercaya menjadi tuan rumah. Hingga kini, sudah 13 kali PPN digelar.
Salah satu tonggak penting terjadi di Kuala Lumpur, ketika istilah “Pesta Penyair Nusantara” diganti menjadi “Pertemuan Penyair Nusantara” agar kegiatan ini tidak hanya dipandang sebagai ajang seremonial, melainkan forum yang lebih bermakna.
“Setiap PPN selalu melahirkan antologi puisi bersama, yang jika dikumpulkan, akan membentuk peta perkembangan perpuisian di lima negara serumpun. PPN juga menghasilkan banyak makalah dan pemikiran sastra yang sayang sekali belum dibukukan,” ungkap Ahmadun Yosi Herfanda, Ketua Panitia PPN XIII.
Ia menambahkan, ke depan PPN perlu lebih kreatif dengan agenda yang segar, termasuk rencana penerbitan antologi pilihan 19 tahun PPN dan kumpulan makalah penting dari PPN I hingga XIII.
Selain itu, pernah pula muncul gagasan penghargaan sastra versi PPN, termasuk Anugerah Penyair Nusantara, yang sempat direkomendasikan namun belum terealisasi secara konsisten.
“PPN bukan sekadar ajang mempererat persaudaraan melalui puisi. Ia bisa memberi arti lebih dari itu—menjadi wadah yang relevan dengan zamannya, sekaligus warisan kultural yang terus hidup,” lanjut Ahmadun.
Selama masih ada pihak yang bersedia menjadi tuan rumah dan komunitas yang berkomitmen, PPN diyakini akan terus berlangsung lintas generasi. “Semoga kita diberi umur panjang untuk tetap berjumpa di PPN-PPN berikutnya,” tutup Ahmadun.(rls/*)
[ Ikuti Sunting.co.id ]
Berita Lainnya +INDEKS
Peserta Pertemuan Penyair Nusantara XIII Disambut Tradisi Betawi “Uluk Sapun”
JAKARTA (Sunting.co.id) — Para penyair Asia Tenggara yang hadir dalam Pertemua.
Buku Memeluk Melayu Karya Griven H Putera Diluncurkan
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Buku sastra karya Griven H Putera bergelar Datuk Sat.
Literasi Konservasi KSB Rumah Sunting di Kampung Bandar Lahirkan Buku Berjudul Gelogegh
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Kegiatan Literasi Konservasi yakni sebuah upay.
Harsinas Rayakan Hari Puisi Nasional 2025, Ditandai dengan Pengibaran Bendera Puisi dan Panggung Si Binatang Jalang
JAKARTA (Sunting.co.id) - Komunitas Hari Puisi Nasional (Harsinas) Indones.
Kunjungi Balai Bahasa Riau, KSB Rumah Sunting Perkuat Kolaborasi
PEKANBARU (Sunting.co.id) – Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau Toha Machsum M.A.
Mahasiswa IAIN Lhokseumawe Analisis Buku Puisi Rajah karya Sulaiman Juned Jadi Skripsi
ACEH (Sunting.co.id) – Julia, mahasiswa Jurusan Tadris Bahasa Indonesia, Fakul.