Kanal

Kazzaini Ks: Silakan Berinvestasi, Tapi Jangan Hancurkan Pulau Kami

PEKANBARU (Sunting.co.id) - Perlawanan masyarakat Pulau Mendol atau Penyalai atas hadirnya PT TUM yang membuka lahan sawit di sana, terus mendapat perlawanan dari masyarakat. Tokoh masyarakat Riau asli Pulau Mendul Kazzaini Ks, menyatakan perlawanan itu secara terbuka.

Dalam berbagai forum, dalam berbagai kesempatan, perlawanan terus digaungkan. Bahkan Kazzaini Ks mengalami patah tangan akibat kecelakaan yang dialaminya bersama masyarakat Pulau Mendul yang lain ketika hendak mengadukan persoalan tersebut ke Kementerian ATR/BPN di Jakarta berapa waktu lalu. Termasuklah Said Abu Supian (SAS) yang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.

Inilah alasan Kazzaini Ks mengapa penolakan dari masyarakat terus terjadi hingga saat ini. Alasan ini disampaikan Kazzaini Ks, Senin (17/10/2022).

"Pulau Mendol itu nama lain dari Pulau Penyalai. Luasnya hanya 30 ribuan haktare. Pulau gambut. Pulau endapan dari Sungai Kampar. Pulau tumbuh karena ada beting di muara sungai. Jadi pulaunya sangat rapuh dengan tingkat abrasi yang tinggi.

Masyarakat pulau kecil ini selama ini hidup tenang dengan berladang padi, nyiur, sagu, dan karet. Dalam kondisi pulau kecil yang rentan begitu, tiba-tiba masyarakat mendapat kabar ada perusahaan yang memperoleh izin menanam sawit 6 ribuan hektare, sekitar 20 persen dari luas pulau.

Kami orang Penyalai, orang Pulau Mendol.
Orang Penyalai tidak anti-investasi. Jangan menganggap kami berpikiran dangkal dan picik. Silakan berinvestasi, tapi jangan membuat masyarakat Penyalai menderita dan miskin. Jangan hancurkan pulau kami. Jangan hancurkan lahan kehidupan masyarakat kami.

Kami tak peduli apakah orang pribumi atau bukan, orang Melayu atau bukan, kalau merusak kampung kami, akan kami lawan. Kami membela hak kami. Di sini datuk-nenek kami dikuburkan. Di sini anak-cucu masyarakat kami berpenghidupan dari generasi ke generasi.

Jika ada orang  ingin membela lahan-lahan di tempat lain di Riau yang juga dijarah, silakan. Tetapi sebaliknya, jika lahan-lahan yang dijarah di tempat lain terkesan tidak mendapat perlawanan, jangan timpakan kesalahan itu kepada kami.

Jangan pula karena para penjarah bisa semena-mena di tempat lain, maka masyarakat Penyalai harus menerima nasib yang sama. Apakah itu yang disebut keadilan.

Dalam perjuangan ini, kami sanggup berkorban darah dan nyawa.. Itu bukan sekadar slogan, tapi sudah kami buktikan. SAS sudah meninggal dunia. Tangan kiri saya patah. Kami tidak main-main. Tidak ada kompromi. Tak ada tempat bagi HGU sawit PT TUM di Pulau Penyalai. Semoga tuan-tuan memahami." (*)

Ikuti Terus Sunting.co.id

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER