Pilihan +INDEKS
PUISI-PUISI WINAR RAMELAN
RUMAH KITA
Tak lagi aku bertanya siapakah engkau
Aku telah pulang pada sebuah rumah
Dan merasai getir yang engkau punya
Hingga aku ingin menjadikan getir itu purna selamanya
Di rumah ini
Aku tak lagi menakar cinta yang kupunya
Apalagi menghitung rugi laba
Jika di mimpimu ada mimpiku juga
Yang terencana sekaligus terlaksana
Rumah ini
Dan kaki kita seperti pilar penyangga
Dindingnya adalah kesetiaan
Yang terbangun untuk menjaga
Agar rasa dingin dan cemas
Tak sempat menyelusup di antara kita
Denpasar 2021
SETIAP YANG BERNAMA AKAN ADA TEMPAT SINGGAHNYA
Reda, redalah segala ingin
Redup, reduplah segala silau
Debur jangan jadi gemuruh
Menjadi debar saja
Untuk meredakan riuh
Yang perkasa hanya milik gunung
Yang luas hanya milik laut
Yang biru dan hijau telah menjadi milik mata
Dan kakiku akan singgah pada bukitnya
Pada dermaganya
Untuk tahu, setiap yang bernama
Akan ada tempat singgahnya
Aku bisa menjadi kelinci
Bermain di rumput-rumput hijaunya
Aku bisa menjadi camar
Singgah pada tiang pancangnya
Tak akan ada deru
Karena angin hanya semilir
Yang memainkan sunari
Yang menyanyikan lagu gembala
Atau nyanyian nelayan
Yang hendak melaut dengan panen tangkapan
Bukan lagi tentang lengkingan - lengkingan
Yang menurutkan keinginan
Denpasar 2021
PUISI SEPERTI APA
Seandainya aku bacakan satu puisi di malam ini
Untuk menjadi mantra agar resah ini tak berbiak
Purnalah segala gelisah dan ketakutan
Lebur dalam tungku pembakaran juga dalam liang lahat
Usai, usaikan gerimis dari setiap jiwa
Menggantikan muram langit yang kini menggelayuti setiap dada
Tetapi, puisi seperti apa
Yang bisa menjadi selembut sutra
Mengalungimu untuk menjadi selendang penghangat
Atau menjadi jubah yang memelukmu erat
Dengan bahasa selembut tutur ibu
Yang menderas ketika mendaraskan kata dalam kitab
Barangkali dengan puisi cinta atau rindu
Yang bisa menyelasar langit tujuh
Yang katanya tempat bening ada
Tempat maha cahaya
Cahaya yang menghapus gelap kita
Dimana dalam gelapnya ada hantu
Yang menyelusup ke setiap jiwa
Barangkali, iya barangkali
Puisi cinta, cinta yang tebal untukNya
Denpasar 2021
RUMINI
Perempuan itu bernama Rumini
Perempuan yang menjaga erat surganya
Meski sepenggal atma akan lepas
Di tengah panasnya Kobokan
Entah cinta seperti apa yang dimilikinya
Mungkin melebihi tinggi dan besarnya Mahameru
Atau mungkin ia titisan Dewi Uma
Yang setia menjadi pendamping Sang penjaga
Rumini
Jika akhirnya debu panas Semeru menguburmu
Dan untuk menggapaimu harus mengais terlebih dahulu
Mungkin sedalam itu juga baktimu
Yang tak pernah bisa terukur
Terulur untuk ibu yang melahirkanmu
Dan
Cintalah yang menjadikanmu seperti itu
Awan panas, debu dan lahar tak mematahkanmu
Semoga taman firdaus yang akan menjadi hunianmu
Dan sejarah akan mencacat suri tauladanmu
Denpasar 2021
PENGUNGSI
Ijinkan aku sekali waktu raib dari pandang matamu
Setelah peperangan demi peperangan terjadi
Hingga sekujur tubuhku koyak
Lepuh dan keruh
Mungkin pada sudutnya yang sunyi aku sembunyi
Menjadi kaum papa dan piatu
Dengan melepas kemarukku pada pesta
Pada kemeriahan
Setelah menyadari betapa rapuh dan getasnya diriku
Yang senantiasa lena oleh tarian waktu
Pada mantranya aku melabuhkan diri
Setelah aku merasa kalah menjadi pribadi
Ombang-ambing ini akhirnya membawaku sebagai pengungsi
Dan minta suaka darimu untuk keberlangsunganku
Denpasar 2021
DUA PERKARA
Masih berkelindan di dua perkara
Pelaku atau korban
Jika keduanya urung menandai kenangan
Untuk menjadi semanis pertemuan
Bermula ketika menari di tengah kabut
Sekedar untuk melepas gigil juga nanar
Liukan samar
Dengan menyibak rahasia menjadi tak lagi rahasia
Menutup luka dan kesepian
Dengan menghirup tuba
Dari asap tungku yang dinyalakan demi setitik terang
Sepersekian detik
Pinangan, pelaminan atau awal perkabungan
Dada berderap bagai kuda yang berlari ke arah pebukitan
Dengan penunggang yang hendak memetik sekuntum kamboja
Sebagai tanda, untuk disuntingkan di dada
Mekar hingga hati terdalam
Bunga mengering kecoklatan
Senyap kian kental
Kabut menebal
Prasangka memuncak
Dada tak lagi menderap untuk tiba di puncak
Namun gemuruh dengan tudingan
Akulah korban
Engkau pelaku
Senyatanya kebrutalan nalar pelaku utama
Dan hati menjadi saksi kunci
Untuk dituding sebagai pelaku utama
Denpasar 2021
BIODATA
Winar Ramelan lahir di Malang 05 juni dan kini tinggal di Denpasar Bali.
Puisi-puisinya terangkum dalam antologi tunggalnya Narasi Sepasang (2017), Mengening (2020)
Puisi-puisinya juga termuat di beberapa antologi bersama dan beberapa media cetak serta online. Selain menulis puisi, Winar juga seorang seniman lukis dan pembatik. Winar aktif di betbagai kegiatan sastra di Bali dan Indonesia serta bergabung bersama Penyair Perempuan Indonesia (PPI).
[ Ikuti Sunting.co.id ]
Berita Lainnya +INDEKS
Kepala Balai Bahasa Riau Apresiasi Tadarus Puisi 2024 Oleh Rumah Sunting
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Toha Machsum meng.
Hadir di Kenduri Puisi, Nik Mansour Dapat Hadiah Buku dari Rumah Sunting
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Komunitas Seni Rumah Sunting, kembali melaksanakan K.
Rumah Sunting dan Rimba Bulan Sharing Kegiatan Literasi
PADANG PANJANG (Sunting.co.id) - RB Rimba Bulan Padang Panjang dan RB Rumah Sunt.
Ninik Mamak dan Kerajaan Rantau Kampar Kiri Hadiri Peluncuran Buku 'Aku Malako Kociak'
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Peluncuran buku berjudul 'Aku Malako Kociak' kolabor.
Rumah Sunting dan YAPEKA Luncurkan Buku 'Aku Malako Kociak', Diramaikan Pembacaan Puisi dan Musik
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Prosesi peluncuran buku 'Aku Malako Kociak' oleh Kom.
Bincang Literasi Konservasi Warnai Peluncuran Buku 'Aku Malako Kociak'
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Buku Antologi puisi berjudul 'Aku Malako Kociak'' ka.