Pilihan +INDEKS
Terpulang, Rangkaian Bunga dan Airmata Bangga

Laporan, TIM Sunting.co.id
Kisah ini memang tentang kami yang saat ini sedang menjalani hidup dalan lipatan kecil yang sempit, pengap. Cerita ini memang tentang kami yang saat ini sedang menjalani hari-hari yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya. Tapi hidup memang tak selamanya di atas. Tubuh tak selamanya sehat. Sebab takdir memang tidak hanya baik. Maka, terpulanglah.
KALIMAT yang terdengar tegas, tapi suara parau sang narator yang berat dan bergetar, membuat siapa saja yang mendengarnya, menghela nafas panjang. Terdengar pilu dan sangat mendalam. Menyesakkan. Dan, musik tiup yang terdengar sayup, menambah hening, haru kian menderu.
Perlahan, biasan cahaya membuat panggung yang semula gelap, menjadi samar. Di sana, terlihat seorang perempuan tua, dengan ambung yang disandang di bahu kirinya, perlahan mendorong kursi roda. Syafmanefi Alamanda, salah seorang penari dan juga koreografer, terlihat terduduk lesu. Tangan kirinya memainkan sejenis marakas dari kulit kluak tiada henti. Sungguh, ini bukan cerita dan tari di atas panggung, tapi ini kisah nyata.
Nanda, begitu sapaan akrab Syafmanefi Alamanda, sejak dua bulan terakhir sedang menjalani hari-hari dengan duduk di kursi roda karena stroke yang dialaminya. Melihat lelaki paruh baya ini muncul di atas panggung dengan kursi roda itu, pastilah timbul rasa haru, prihatin sekaligus bangga bagi siapapun yang malam itu, 28 Desember 2024, menyaksikan Pasar Tari Kontemporer (Pastakom) malam kedua di Taman Budaya Riau. Semua tidak menduga. Semua tidak menyangka. Tak heran, jika SPN Iwan Irawan Permadi, Direktur Pastakom XI yang juga Ketua Yayasan Pelatihan Tari Laksmana selaku penyelenggara kegiatan tersebut, berulang kali tetlihat menarik nafas panjang, tapi ada senyum bangga di wajahnya. Begitu juga dengan penonton yang lain.
Apalagi saat melihat akting seorang perempuan tua yang diperankan Kunni Masrohanti, aktor dan sutradara teater perempuan Riau dengan gerakan-gerakan tari serta kekuatan ekspresi, membuat haru semakin mengoyak-ngoyak perasaan. Diitambah alunan musik perkusi tunggal Epi Martison seperti genggong pukul dari bambu, bell harmonika dll yang menghanyutkan. Kisah pilu di awal pertunjukan tari berjudul Terpulang itu, berakhir dengan kebahagiaan setelah tokoh perempuan tua yang itu, tertidur pulas karena perjalanan hidup yang melelahkan dan sangat panjang.
Selama tertidur itu, tokoh lelaki tua di atas kursi roda yang diperankan Nanda, terus berusaha untuk bangkit. Ia bergerak, menggerakkan tangan, mengangkat kaki, bahkan berusaha tegak mengitari kursi roda. Hal ini pun dilakukannya saat perempuan tua terbangun dari tidurnya sehingga membuat wajahnya yang sebelumnya kusut dan pilu, menjadi riang gembira. Ekspresi kegembiraan itu didukung dengan musik ceria sehingga si perempuan tua menari, terus menari sambil menangis bahagia.
‘’Kita harus tetap semangat,’’ kata perempuan tua itu sambil terus memainkan sarung dan kerincing panjang setelah sebelumnya memainkan alat musik bowl seolah mencari sesuatu dan menemukannya.
Dalam durasi 17 menit, pertunjukan Terpulang berakhir. Ketiga seniman kawakan yang sudah berusia di atas 50 tahun ini kemudian berdiri saling bergenggaman tangan lalu menghadap ke arah penonton dengan sembah 10 jari di atas dada. Penonton kemudian berlari ke atas panggung, begitu juga Iwan Irawan dan keluarga. Meraka semua datang membawa bunga, menyerahkan bunga itu kepada ketiga seniman. Kunni, Epi dan Nanda tidak bisa membendung air matanya. Sedu sedan Kunni yang sudah terlihat saat penampilan, semakin terdengar perlahan, terlebih saat melihat Iwan Irawan memeluk Nanda dengan mata merah dan pilu yang tak dapat disembunyikannya.
‘’Selamat dan tetap semangat ya. Luar biasa,’’ kata mereka secara bergantian.
Penyemangat dan Proses Singkat
Ide garapan tari ini bermula dari Epi Martison yang terus menggaungkan pesan, bahwa, meski dalam keadaan terbatas, dalam keadaan sakit, tetap terus bisa berkarya. Jangan menyerah, bangkit, semangat dan berdamai dengan keadaan yang sedang dijalani saat ini. Itulah terus yang diungkapkannya berulang kali.
‘’Saya sendiri dalam proses berkesenian berawal dari teater, bukan penari sebagaimana layaknya penari. Jadi sempat sedikit menolak sebelumnya, apalagi ini iven bertaraf nasional. Tapi, Bang Epi selalu bilang kalau tari itu ya gerak. Bebaskan gerak tubuhmu. Bergeraklah. Apalagi ini tari kontemporer, konsepnya yang harus diperkuat. Lakukan, pilih gerakmu sendiri. Kunni bisa. Itu terus dikatakan Bang Epi. Apalagi saat dia bilang, kalau penampilan ini bersama Bang Nanda yang sedang sakit agar dia bersemangat, terus bangkit, latihan gerak terus biar cepat sehat dan bisa menerima keadaannya saat ini. Jujur, Saya sempat menangis saking terharunya. Bismillah, Saya terima tawaran itu dan mulai latihan sebisanya. Latihan pun hanya beberapa kali karena Saya memang sedang banyak kegiatan pendampingan dan kegiatan luar kota. Alhamdulillah, selesai dan lancar. Semoga menginspirasi bagi banyak orang, menjadi amal jariah dengan jalan seni ini,’’ kata Kunni.
Epi, seniman senior yang banyak melanglang buana ke berbagai negara dengan tari dan musiknya, berharap agar Terpulang menjadi inspirasi bagi banyak orang dan Pastakom terus bisa dilaksanakan di tahun-tahun berikutnya, menjadi ajang silaturahmi, wadah berekspresi bagi para penari dan ruang inspirasi bagi banyak orang.
‘’Apapun yang kita lakukan termasuk dengan dunia seni seperti tari ini, yang penting bisa menjadi jalan untuk menyampaikan pesan serta menginspirasi banyak orang. Terpulang menggambarkan apa saja bisa terjadi pada kita. Sakit, jatuh dan hal-hal lain yang tidak kita inginkan bisa terjadi. Apakah kita berdiam pasrah dengan keadaan itu, atau berusaha bangkit dan terus bersemangat, semua terpulang kepada kita. Semoga Terpulang menginspirasi. Terimakasih Pastakom, jaya terus dan sampai berjumpa di Pastakom tahun depan,’’ katanya.
Terpulang dikoreograferi Syafmanefi Alamanda, dengan ide creator & music derector Epi Martison, ide naskah Kunni Masrohanti, penata artistik/lighting Alang Khatulistiwa dan penata kostum Caca. (*)
[ Ikuti Sunting.co.id ]
Berita Lainnya +INDEKS
KSB Rumah Sunting Persembahkan Teatrikal Puisi Berjudul Datuk Pagar di HPN 2025
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Pertunjukan Teatrikal Puisi berjudul Datuk .
Malarung Nazar dan Bening Sungai Subayang yang Hingar Bingar
Laporan, TIM Sunting.co.idTiba-tiba suara lantang itu terdengar dari s.
Rumah Sunting Gelar Residensi Seniman Riau 2024 di Malako Kociak
KAMPAR (Sunting.co.id) – Komunitas Seni Budaya Rumah Sunting Riau kembali meng.
Yayasan Laksmana Gelar Pastakom XI, Tiga Seniman Kawakan Riau Ambil Bagian
PEKANBARU (Sunting.co.id) – Yayasan Pelatihan Tari Laksmana Kota Pekanba.
“Sayap-Sayap Proklamasi” Lahir dari Riset Mendalam
PADANGPANJANG (Sunting.co.id) —Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang tengah mempersiapkan pertun.
Kuflet Pentaskan Karya Teater Berjudul Sayap-Sayap Proklamasi
Kuflet Pentaskan Karya Teater Berjudul Sayap-Sayap ProklamasiPANDANGPANJANG (Sunting.co.id.