Kanal

4 Pelukis 4 Negara Pameran di Johor, Khalil Zuhdy Dari Kampar Hadir Dengan Biaya Sendiri

MALAYSIA (Sunting.co.id) - 4 Pelukis 4 Negara anjuran Yayasan Warisan Johor (YWJ) menggelar pameran lukisan. Sebanyak 35 karya dipamerkan di Galeri Seni Johor, Kompleks Warisan Sultan Abu Bakar, 11 Juni hingga September mendatang.. 

Empat pelukis tersebut adalah Norazlan Ahmad (Malaysia), Abu Jalal Sarimon (Singapura), Pangeran Abdul Wahab Hassan Al Abbas (Brunei) dan Khalil Zuhdy Lawnaraian (Indonesia). 

Pelukis asal Indonesia persisnya dari Desa Pulau Belimbing, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Khalil Zuhdy Lawnarain  mengatakan, keikutsertaannya dalam pameran tersebut karena merasa terpanggil untuk terus menggaungkan nilai-nilai luhur budaya melalui karya lukis. 

"Menjaga warisan dan mewariskan kembali nilai-nilai luhur budaya masing-masing orang berbeda, ada jalannya masing-masing. Karena Saya melukis, maka Saya dengan jalan seni lukis. Saya bangga dan mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Warisan Johor ini dengan mengundang Pelukis negara lain. Semoga kelak bisa dibuat juga di Indonesia, khususnya Riau dengan mengundang Pelukis dari negara luar pula," kata Khalil Zuhdy. 

Khalil menceritakan bahwa kehadirannya di Johor itu atas biaya sendiri. 

“Semuanya saya lakukan demi cinta terhadap seni dan bisa memperkenalkan budaya Melayu ke negara lain. Saya sampaikan kekayaan budaya Indonesia, budaya Melayu Riau ketika menjadi narasumber di forum ini, namun semuanya dengan biaya sendiri. Saya sudah berusaha menjumpai beberapa pejabat  tapi nihil. Saya perlu dukungan pemerintah karena kerja-kerja Saya ini juga kerja pemerintah yakni mempromosikan dan memperkenalkan kekayaan budaya kepada negara lain dengan jalan seni yang Saya punya,” ujarnya. 

Dia berharap kepada pemerintah agar dapat sedikit memberikan perhatian terhadap para  pecinta seni, pekerja seni. Bagi Khalil, melalui seni karya bangsa dan negara dapat dimaknai oleh bangsa asing sebagai wibawa yang dimiliki dengan ciri khas kekayaan budaya dan adat istiadatnya. 

Khalil Zuhdy Lawnarain merupakan alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta kelahirran 5 November 1973. Dalam pameran ini ia menampilkan karya seninya tentang Populasi Aksara, 2020 di atas kanvas 140 cm x 140 cm. Di dalamnya menceritakan tentang salah satu Melayu Heritage yang masih ada hari ini adalah Aksara Jawi. 

Aksara ini telah menjadi alat komunikasi Orang Melayu semenjak diperkenalkan oleh Pedagang dan Pendakwah Arab yang datang ke Nusantara. Cendekiawan Melayu telah memodifikasi huruf Arab menjadi Huruf jawi serta menyesuikan bentuk huruf dengan ucapan orang Melayu. 

Kemudian tentang Poros Zikir, 2021 di atas kanvas 170 cm  x 110 cm. Semua kepercayaan di dunia ini memiliki Ritual khusus untuk melatih konsentrasi dalam menjalani kehidupan. Ritual adalah suatu cara menghubungkan jiwa dengan Penguasa jiwa itu Sendiri, Proses Ritual dilakukan berulang-ulang untuk mendekatkan dan penyerahan diri. Dalam hal ini bacaan ketika ritual juga ditentukan dan banyak pilihan kata-kata yang boleh diucapkan. Pada lukisan ini Bacaan Ritual menggunakan Bahasa Zikir(mengingat) yang dilakukan berulang-ulang sehingga pada klimaksnya Kata yang diulang-ulang tersebut melahirkan rasa kedekatan. 

Selain itu bertema Rebab, 2023 di atas Canvas 200 x 130 cm menceritakan tentang Rebab, Jenis alat musik yang digunakan untuk mendampingi seseorang bercerita, baik itu berupa Dakwah maupun cerita masyarakat yang bertujuan untuk mendidik atau memberikan informasi terbaru atau hanya sekedar hiburan saja. 

Lalu tentang Esa, 2020 di atas canvas 140 cm x 140 Cm. Di dalamnya bercerita tentang Lambang Satu kesatuan adalah “Esa”. Dialah yang Esa sebagai penguasa yang maha segala-galanya. Ungkapan keesaan itu dilukiskan dengan Lafaz Jalla jalalah. Lukisan dengan oil on Canvas ini dibuat dengan teksture kasar namun tetap satu kesatuan dengan lukisan yang lain dalam satu Frame pameran. 

Kemudian tentang Budaya Darat, 2021 di atas canvas 200 x 140 Cm. “Saya sebagai orang yang menempati daratan selalu akrab dengan segala sesuatu yang ada di daratan seperti, arsitekture, Seni Bela Diri Pencak Silat. Pada daratan yang saya huni mengalir Tiga Aliran Sungai yang bermuara di Selat Malaka.  Disana bermukim orang-orang Melayu yang masih menggunakan Bahasa Melayu, berbudaya Melayu dan beradat istiadat Melayu, sehingga dapat dilihat kebudayaan tempatan masih erat hubugannya dengan sejarah Melayu. Lukisan ini bentuk explorasi gerakan Tari dan Pencak Silat Melayu dengan mengedepankan objek rumah tradisional dan perkampungannya. 

Disampaikan Encik Sharil Nizam Bin Abdul Rahim Pengarah Yayasan Warisan Johor pada pembukaan acara itu bahwa kegiatan Pameran Sauh itu merupakan tanggungjawab Galeri Seni Johor, Y.W.J. terhadap meningkatkan apresiasi seni visual kepada warga Johor dan sesuai dengan objeknya. 

"Budaya amat penting bagi seniman agar mereka dapat berinteraksi dengan lebih ramai peminat seni visual yang berpotensi sebagai pengguna selain dapat membuktikan kesungguhan dan kegigihan para pelukis dalam menyampaikan pesan. Selain memberi inspirasi kepada yang lain untuk mencari penemuan ide, konsep dan kreatifitasi yang mampu dikongsikan bersama di masa akan datang. Kepakaran dan pengalaman pelukis inilah yang menjadi  aspek penting untuk dihargai dan disokong pencapaiannya sehingga kini,” ujarnya. 

Ia berharap agar masyarakat dapat menghargai dan menghayati karya-karya ini dari aspek estetika, 

“Saya percaya mereka mempunyai potensi yang lebih besar untuk memenuhi kehendak pasaran produk budaya,” jelasnya. 

Tujuan Sauh ini adalah mempraktekkan serta memperkenalkan pelukis dan hasil karyanya. Puluhan karya dipamerkan dengan penekanan terhadap teknik dan media yang unik dan tersendiri oleh pelukis dari Malaysia, Indonesia, Singapura dan Brunei. 

Pengerusi Jawatan Kuasa Pelancongan, Alam Sekitar, Warisan dan Budaya Negeri Johor, K. Raven Kumar berkata, pelaksanaan pameran itu menjadi langkah terbaik untuk meningkatkan potensi Galeri Seni Johor. 

“Galeri sebenarnya merupakan destinasi pelancongan yang menawarkan berbagai informasi bermanfaat khususnya ilmu yang berteraskan sejarah, budaya dan seni visual. Saya yakin dan percaya melalui program pengantarabangsaan pameran seperti ini kelak akan berupaya mendorong majunya sektor kesenian secara lestari,” katanya sempena majelis peresmian pameran tersebut melalui Pengarah YWJ, Sharil Nizam Abdul Rahim yang mewakilinya. 

Turut hadir pada kegiatan ini Penolong Pengarah Jabatan Pendidikan Negeri Johor, Azhar Mokhtar dan Pengurus Besar Perbadanan Muzium Melaka, Fadhilah Md. Salleh. 

Raven Kumar juga mengatakan, penganjuran pameran dengan melibatkan pelukis itu juga menjadikan hubungan antara negara ebih jitu dalam sektor seni dan budaya. 

"Keempat-empat pelukis itu digabungkan dalam satu pameran kerana mempunyai kecenderungan sama dalam mengangkat nilai budaya dan sejarah serantau dalam karya masing-masing. Mereka memiliki inspirasi yang sama walaupun dari negara berbeza malah persamaan tersebut wujud secara alami melalui perkaitan budaya dan sejarah," sambung Raven Kumar. 

Empat pelukis dalam Sauh yakni Norazlan Ahmad, Abu Jalal Sarimon, Khalil Zuhdy Lawnarain dan Pengiran Abd. Wahab Hassan Al Abbas digabungkan dalam satu pameran kerena mempunyai kecenderungan yang sama dalam mengangkat nilai-nilai budaya dan sejarah serantau dalam karya mereka. Selain mempunyai inspirasi yang sama walaupun dari negara yang berbeda. Persamaan itu wujud secara alami melalui perkaitan budaya dan sejarah yang wujud beribu tahun yang lampau. 

Makna Sauh sensdiri adalah satu alat yang dilabuhkan ke dalam air sebagai pemberat atau pengikat kepada sebuah kapal. Namun Pameran SAUH sebagai lambang penghubung kepada pelukis dari 4 negara yang disatukan dalam sebuah pameran. Gabungan ide, kreativitas dan kepakaran ini menjadikan pameran ini sebagai sauh kepada perhubungan seni serumpun dalam bahasa visual.(jnn/*)






 

Ikuti Terus Sunting.co.id

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER