Pilihan +INDEKS
PUISI-PUISI Muhammad Asqalani eNeSTe
Planet Ibu
Planet dalam genggaman ibu bertukar warna tiap kali berputar sesuai orbit nama;
Ana,
kakak tertuaku yang paling tahu diri namun mengaku tak tahu diri. tiap hari-hari ia habiskan sisa haru-haru demi nuraninya yang kadang pergi namun kerap kembali dalam keadaan tidak dikenali. kami kasihan padanya, dia kasihan pada kami; sebenarnya kasihan bukan kata yang tepat bagi segala perasaan kami.
Ina,
ia kakakku yang ketiga, keibu-ibuan bahkan saat ia balita. pelita dalam kepalaku padam, maka tak ada nyala paham bagi gelayut kebodohan; kenapa ibu menyebut Ina keibu-ibuan. nama adalah noda, maka ucapkan dengan sempurna, agar noda berubah jadi nada, nada berubah jadi dada; oh buah dada ibu.
Nina,
ia adalah kakak terjauh dari riwayat darah dalam sejarah. tiba-tiba ia telah tidur di kasur ibu dan ayahku, memakai sepatu, dan mengaku berasal dari dongeng tentang debu. tiap kali ia tertidur, oroknya seperti akan terkubur, maka kami menyebutnya Ratu Hari Kebangkitan.
begitu ayunan lamunku putus. planet di tangan ibu rampus; kubaca garis kebohongan di telapak tangan ibu, yang telah lama berhenti beredar.
Kubang Raya, 11 Januari 2022
Ophelia
Nyawa mengalir sepanjang sungai, Ophelia mengapung di atasnya, mengejar ruh Polonius yang rampus, di tangan Hamlet yang ceroboh.
Ikan-ikan tenggelam, bersama cinta yang amis oleh telur dendam.
Kubang Raya, Kemerdekaan Agustus 2021
Mati Karancakan
kita adalah wanita, yang wajahnya terbuat dari cermin bening
kita adalah wanita, yang wajahnya terbuat dari sungai bening
kita adalah wanita, yang wajahnya terbuat dari hujan bening
debu-debu turun ke kening; cermin retak, sungai keruh, hujan lenguh.
seorang laki-laki membawa pelap kaca, mengangkat sampah dari sungai, juga menampung hujan.
suara angin berbisik; jangan mati kerancakan. lalu kita mengacak-acak rambut, berkacak pinggang, serta seperti ibu tiri, kita marah kepada lelaki yang ribuan haru lalu, terkubur bersama batu.
Amoeba
ketika ibu mengajari membaca hidup di atas kain belacu
otakku jadi mesin jahit yang menyatukan niat jahat anak-anak
sebab ibu pembuat keset, ayu yakin surga terseret dari telapak kakinya yang lecet
ayah pulang, membawa amoeba betina, yang membelah dirinya menjadi Medusa
ular memang musuh rumah tangga yang atapnya ratap orang-orang surga?
Sunana
Sunana,
nyanyikan lagi hujan rintik-rintik ibu, bagi takdirmu yang cantik dan piatu, berjalan dari pintu ke pintu, membuka tiap-tiap lubang malu. mengintip Rakib dan Atit. catatan perempuan sakit.
Kubang Raya, Pukul 00.26 2022
Muhammad Asqalani eNeSTe adalah Pemenang II Duta Baca Riau 2018. Ia belajar Bahasa Spanyol secara otodidak. Menulis puisi sejak 2006. Puisinya tersebar di media sejak 2009. Memenangkan lomba menulis puisi. IG: @muhammadasqalanie. Twitter: @katadentoj. Youtube: Dunia Asqa
[ Ikuti Sunting.co.id ]
Berita Lainnya +INDEKS
Kepala Balai Bahasa Riau Apresiasi Tadarus Puisi 2024 Oleh Rumah Sunting
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Toha Machsum meng.
Hadir di Kenduri Puisi, Nik Mansour Dapat Hadiah Buku dari Rumah Sunting
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Komunitas Seni Rumah Sunting, kembali melaksanakan K.
Rumah Sunting dan Rimba Bulan Sharing Kegiatan Literasi
PADANG PANJANG (Sunting.co.id) - RB Rimba Bulan Padang Panjang dan RB Rumah Sunt.
Ninik Mamak dan Kerajaan Rantau Kampar Kiri Hadiri Peluncuran Buku 'Aku Malako Kociak'
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Peluncuran buku berjudul 'Aku Malako Kociak' kolabor.
Rumah Sunting dan YAPEKA Luncurkan Buku 'Aku Malako Kociak', Diramaikan Pembacaan Puisi dan Musik
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Prosesi peluncuran buku 'Aku Malako Kociak' oleh Kom.
Bincang Literasi Konservasi Warnai Peluncuran Buku 'Aku Malako Kociak'
PEKANBARU (Sunting.co.id) - Buku Antologi puisi berjudul 'Aku Malako Kociak'' ka.