Rumah Suntinng Jalankan Program Literasi Konservasi, Kali Ini di Tangkerang Selatan

PEKANBARU (Sunting.do.id) – Komumitas Seni Budaya (KSB) Rumah Sunting kembali menjalankan program Literasi Konservasi. Kali ini di Kelurahan Tangkerang Selatan, Kecamatan Bukitraya, Kota Pekanbaru. Kegiatan ini merupakan yang kedua di tahun 2025, setelah sebelumnya, tepatnya Februari lalu dilaksanakan di Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru.

Literasi yang merupakan upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang pentingnya menjaga alam lingkungan dan budaya dengan jalan seni, kali ini menggunakan berbagai cabang seni sebagai media. Antara lain tari, teater, syair, membaca dan menulis puisi serta penerbitan buku puisi konservasi.

‘’Kali ini kami melaksanakan Literasi Konservasi di lingkungan atau untuk masyarakat di sekitar beskem Rumah Sunting berada, yakni di Kelurahan Tangkerang Selatan. Alhamdulillah, program ini disambut dan didukung penuh oleh RT, RW dan masyarakat setempat. Peserta juga cukup banyak mulai dari SD hingga SMA dan umum,’’ ungkap PIC Literasi Konservasi Tangkerang Selatan, Ridwan Habib Nasution.

Kegiatan yang berupa pendampingan dan latihan selama dua bulan ini dilaksanakan setiap Sabtu dan Minggu. Sabtu dilaksanakan pukul 15.00 WIB sd 17.30 WIB, sedangkan Hari Minggu dilaksanakan pukul 14.00 WIB sd 17.30 WIB. Latihan berbagai cabang seni ini dilaksanakan di halaman KSB Rumah Sunting dan juga lapangan Bola Volly di belakang beskem tepatnya di Jalan Kembang Sari.

Ketua RW 05 yang juga Ketua Forum RT dan RW Tangkerang Selatan, Bero S Soekarno mangaku sangat bersyukur dengan program Literasi Konservasi yang dilaksanakan di wilayahnya. Ia juga berharap agar KSB Rumah Sunting bisa terus berperan aktif dalam berbagai kegiatan sosial seni dan budaya bersama masyarakat di wilayahnya.

‘’Tentu saja kami menyambut baik dengan kegiatan Literasi Konservasi yang menurut kami sangat bermanfaat ini. Jalannya memang seni, tapi masyarakat dan peserta yang ikut jadi faham bagaimana harus menjaga lingkungan yang bersih dan merawat budaya masing-masing agar tetap lestari.  Kami berharap kegiatan ini bisa berjalan terus,’’ harap Mas Bero.

Sementara itu, Founder KSB Rumah Sunting yang juga penggagas lahirnya Literasi Konservasi di Riau, mengatakan, Kegiatan Literasi Konservasi sudah dijalankan bersama Rumah Sunting sebagai rumah pergerakan sejak tahun 2018 dan sudah dilaksanakan di 8 desa sebagai desa dampingan yang tersebar di tiga kabupaten.

Desa-desa dampingan Literasi Konservasi tersebut, yakni Desa Ludai, Terusan, Kuntu, Tanjung Beringin, Tanjung Belit di Kabupaten Kampar, Desa Cipang Kanan di Rokan Hulu, Kelurahan Kampung Bandar dan Tangkerang Selatan di Kota Pekanbaru.

Literasi Konservasi juga dilakukan dalam bentuk bengkel sastra yang dilaksanakan di Kota Pekanbaru, yakni teknik menulis puisi untuk para pendaki sehingga melahirkan buku konservasi berjudul Puisi Para Pendaki (2020). Selain buku ini, Literasi Konservasi juga telah melahirkan empat buku lainnya yakni, Rimbang Baling Dalam Puisi (2019), Aku Malako Kociak (2024), Ujung Bukik (2024), Gelogegh (2025).

‘’Insyaallah Literasi Konservasi di Tangkerang Selatan ini juga akan melahirkan buku puisi konservasi setelah berproses dan latihan selama kurang lebih dua bulan. Semoga kehadiran kami sebagai komunitas seni budaya benar-benar bisa diterima, bisa berkolaborasi dan bisa bermanfaat lebih banyak bagi masyarakat luas dan lingkungannya. Terimakasih kepada masyarakat dan banyak pihak yang mendukung sehingga Literasi Konservasi tetap bisa kami jalankan hingga hari ini,’’ kata Kunni pula.(*)