Pilihan +INDEKS
Masyarakat Desa Tanjung Beringin Bongkar Lubuk Larangan
KAMPAR (Sunting.co.id) - Lubuk Larangan milik Kenegerian Malako Kociak Desa Tanjung Beringin dibongkar, Sabtu (12/8/2023). Kegiatan yang dilaksanakan setiap musim kering ini, berlangsung meriah. Selain warga Desa Tanjung Beringin, warga desa tetangga, juga hadir, bahkan tamu dari luar desa juga hadir.
Bongkar Lubuk Larangan dikenal dengan istilah Mancokau. Di desa ini, sudah dua tahun lebih tidak Mancokau karena air Sungai Subayang tidak kunjung surut atau rusak.
Disebut Lubuk Larangan, karena lubuk ini dilarang diambil ikannya setelah ditutup dengan doa. Siapa yang berani mengambil ikan sebelum lubuk ini dibuka dengan salawat dan doa, masyarakat meyakini orang tersebut akan terkena bala.
Setelah segala persiapan selesai dilakukan, prosesi pembukaan Lubuk Larangan ditandai dengan pelemparan jala oleh Datok Sinaro. Satu ikan diambil lalu dipotong menjadi dua oleh Datuk Pucuk. Kemudian melemparkan bagian perut hingga ekor ke dalam sungai dan bagian perut hingga kepala ke darat.
"Begitulah cara kami berkomunikasi dan berterimakasih kepada alam. Ini juga simbol keharmonisasian kami dengan alam," kata Azizmanto, bergelar Datuk Pucuk.
Sehari sebelum Mancokau, masyarakat gotong royong membuat bolek. Bolek adalah kayu yang dipancangkan di sungai sebagai tempat memasang jaring agar ikan tidak keluar lubuk.
Ikan hasil tangkapan dibagi rata untuk seluruh warga, dan sebagian kecilnya dilelang. Hasil pelelangan digunakan untuk kegiatan di kampung sesuai kesepakatan datuk ninik mamak dan semua masyarakat.
"Mencokau ikan adalah pesta keluarga dan momen silaturahmi. Sanak keluarga yang merantau pulang ke desa untuk menyaksikan prosesi bongkar Lubuk Larangan tersebut, masak dan makan bersama di tepi sungai. Mancokau ini pesta rakyat, kearifan lokal yang dilakukan dengan cara bergotong royong. Sangat Indonesia sekali," kata Kunni Masrohanti, Budayawan Riau yang juga hadir dalam acara tersebut.
Mencokau ikan hanya bisa dilakukan ketika air sungai sedang jernih-jernihnya. Maka, Kunni yang juga aktivis lingkungan ini berharap agar masyarakat tetap menjaga kejernihan Sungai Subayang agar tradisi Mancokau ikan tidak hilang.
"Banyak sungai yang sudah rusak sehingga berbagai tradisi sungai tidak bisa dilakukan lagi. Contoh yang dekat sajalah, Sungai Singingi di Kuansing. Dulu di sana juga ada Lubuk Larangan, tapi karena penambangan peti, sungainya jadi keruh, rusak semua. Sungai memberikan yang terbaik bagi masyarakat, jika kita bisa memperlakukannya dengan baik juga," kata Kunni pula.
Adun jenis ikan yang ditangkap dari Lubuk Larangan antara lain, barau, baung, kulari, gabus, kapiek, dll.(*)
[ Ikuti Sunting.co.id ]
Berita Lainnya +INDEKS
Keluarga Besar Kerajaan Rantau Kampar Kiri Gelar Silaturahmi dan Buka Bersama
KAMPAR (Sunting.co.id) - Raja Kerajaan Rantau Kampar Kiri Yang Dipertuan Agung H.
Kekayaan Sejarah dan Budaya di Rumah Gadang 20 Ruang
KABUPATEN SOLOK (Sunting.co.id) - Soal Warisan budaya baik benda ataupun tidak b.
Dimulai Dari Mengikuti Pelatihan, Kini Dahlia Memproduksi Batik Tulis Sendiri
KABUPATEN SOLOK (Sunting.co.id) - Namanya Dahlia. Perempuan muda yang sudah dika.
Enam Suku Ikuti Lima Cabang Lomba Dalam Festival Budaya Kenegerian Simalinyang
KAMPAR (Sunting.co.id) - Masyarakat Kenegerian Simalinyang Desa Simalinyang, Kec.
Kunni Sebut Festival Budaya Simalinyang Persembahan Istimewa dari Riau untuk Indonesia
KAMPAR (Sunting.co.id) - Budayawan dan sastrawan Riau Kunni Masrohanti menyebut,.
2023, Karhutla Berhasil Ditekan 30,80 Persen
JAKARTA (Sunting.co.id) - Kebakaran hutan dan lahan tahun (karhutla) tahun 2023 .