Kanal

Rayakan Hari Puisi di Talau Pusako

KAMPAR (Sunting.co.id) - Komunitas Seni Rumah  Sunting Pekanbaru merayakan Hari Puisi Indonesia (HPI) di Riau tahun ini, Jumat 3-4 September 2021. Perayaan dilaksanakan secara daring dan luring dari Pulau Talau Pusako Danau PLTA Koto Panjang, Desa Koto Mesjid, Kenegerian Pulau Gadang, Kecamatan Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar. 
    Perayaan tahun ini mengusung tema 'Dari Talau untuk Indonesia'. Talau adalah sebuah pulau di tengah Danau PLTA yang dikelola masyarakat menjadi lokasi wisata. Nama Talau sendiri diambil dari bahasa lokal yang merupakan sebuah lokasi di kawasan yang dulunya merupakan perkampungan. 
      Penyair dan seniman yang datang sangat terbatas, meski dari beberapa kabupaten/kota di Riau bahkan Sumatera Barat. Dari Riau di antaranya Pelalawan, Siak, Bengkalis, dan Kampar. Sedangkan penyair Sumbar di antaranya, di antaranya Dr Hermawan An, Arbi Tanjung, Ubaidillah Al Ansori, Sulistyo dan Ferry. 
      Selain pembacaan puisi dari atas bukit hingga tepian danau Talau Pusako, juga ada penampilan musik dan tari puisi serta diskusi ringan tentang pusi dan wisata. Tidak hanya oleh penyair dan seniman yang hadir, tapi juga oleh seniman lokal dari Kabupaten Kampar. 
      Diskusi dilaksanakan dengan dua sesi pada Jumat malam itu. Sesi pertama bicara tentang wsiata dan pengembangan lokasi wisata melalui karya sastra dan keterlibatan para penyair dan seniman, dan sesi kedua khusus berbincang tentang puisi dan perayaan Hari Puisi. 
      Kunni Masrohanti, pendiri Komunitas Seni Rumah Sunting, mengatakan, lokasi dan tema yang diambil berkaitan erat dengan tradisi dan budaya masayarakat di desa-desa bawah danau tersebut dan sudah dipindahkan ke tempat baru yang saat ini sudah menjadi desa baru. Menurut Kunni, sejarah dan kearifan lokal bawah danau yang sebagiannya masih terjaga di kampung baru, bisa menjadi destinasi wisata baru serta menjadi sumber inspirasi bagi para penyair dalam melahirkan karya-karyanya. 
      ''Banyak kearifan lokal yang lahir di kawasan danau ini, banyak juga yang hilang di bawahnya. Agar tak hilang, penyair mesti mencatatnya. Makanya kita gelar perayaan HPI tahun ini di sini, supaya kekal dalam karya puisi atau karya sastra lainnya. Dari Talau untuk Indonesia,'' kata Kunni. 
      Berbagai pemikiran lahir dari diskusi ringan malam itu. Harapan-harapan besar juga hadir di sana. Di antaranya, apa yang hilang dari yang pernah ada di bawah danau, jangan hilang lagi. Maka, malam itu juga lahir puisi dan lagu-lagu baru yang diciptakan  penyair dan seniman, lalu dinyanyikan dan dibacakan di panggung keIndonesiaan yang dibuat di ujung danau. Suasana semakin semarak dengan pelepasan 9 lampion sebagai tanda perayaan HPI ke-9.
    Sebelum pulang, seluruh peserta mengikuti susur sejarah dengan naik perahu mengitari Danau PLTA. Perjalanan susur sejarah berakhir di Tepian Mahligai. Di sini, mereka disambut Datuk Faisal Ali selaku salah satu pengeloa dan makan siang bersama di sana. (*)

Ikuti Terus Sunting.co.id

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER