PEKANBARU (Sunting.co.id) - Ada puluhan anak-anak Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru mengikuti kegiatan Literasi Konservasi yang dilaksanakan Komunitas Seni Budaya (KSB) Rumah Sunting sejak 10 Januari lalu. Dua di antara anak-anak tersebut merupakan penyandang tuna wicara. Keduanya memilih bidang teater.
Literasi Konservasi, sebagaimana dijelaskan Kunni Masrohanti sebagai pendiri KSB Rumah Sunting dan penggagas Literasi Konservasi, bahwa, Literasi Konservasi adalah jalan untuk pemajuan, pelestarian dan pewarisan kekayaan alam dan nilai-nilai budaya. Teater merupakan salah satu bidang seni untuk mewujudkan tujuan Literasi Konservasi tersebut.
“Seni salah satu cara untuk menyampaikan pesan, termasuk pesan-pesan konservasi. Ada enam bidang seni pada Literasi Konservasi di Kampung Bandar. Tari, teater, menulis puisi, membaca puisi, syair dan monolog. Semua pesertanya anak-anak. Hebatnya lagi, dua dari puluhan anak-anak itu, tuna wicara. Mereka memilih teater,” kata Kunni yang akrab disapa Mak Kun.
Teater yang ditampilkan berjudul Main Singkong. Pertunjukan teater ini diangkat dari permainan tradisional anak-anak di Kampung Bandar. Ada delapan anak yang terlibat dalam pertunjukan ini. Tiara Syafira sebagai Emak, Bilqis Fatin Zanina dan Fatya Alanna Syahda sebagai orang kampung dan Desra Alfatih, Muhammad Farhan, Habib Mar Alif, Arfa dan Hari S Genzi sebagai anak-anak kampung.
Selama proses latihan sekitar 1,5 bulan, mereka dilatih dan didampingi oleh Al Rakhim Sekha. Dia adalah seniman Riau yang dikenal sebagai pemain, penulis naskah dan sutradara teater asal Kabupaten Rokan Hilir yang berdomisili di Lipatkain, Kampar. Saat ini dia bergabung pada tim Literasi Konservasi KSB Rumah Sunting.
“Anak-anak ini memang sulit diatur, tapi mereka punya minat yang besar di bidang teater. Harus melakukan pendekatan yang ekstra agar mereka bisa memahami. Selama pelatihan 1,5 bulan banyak kendala dan rintangan yang dihadapi. Tapi berkat ketekunan dan kesabaran, semua lelah itu terbayar lunas saat melihat mereka tampil luar biasa di malam pertunjukan Panggung Seni Bebudak Kampung Bandar,” kata Al Rakhim Sekha yang ditemui Sunting.co di sela-sela kegiatan.
Sementara itu, PIC Literasi Konservasi di Kampung Bandar, Alang Alang Khatulistiwa, menyebutkan, di Panggung Seni Bebudak Kampung Bandar ini, anak-anak menampilkan kebolehannya setelah mengikuti pelatihan selama 1,5 bulan.
“Keluaran Literasi Konservasi adalah pertunjukan seni. Di sinilah nilai-nilai dan pesan konservasi itu disampaikan. Semua ditampilkan di Panggung Seni Bebudak Kampung Bandar ini. Kecuali karya buku puisi yang akan diluncurkan tanggal 22 Februari nanti,” kata Alang pula.(*)