PEKANBARU (Sunting.co.id) – Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau Toha Machsum M.Ag menyampaikan tentang pentingnya kolaborasi dan silaturahmi yang berterusan antara Balai Bahasa dengan komunitas, begitu juga sebaliknya. Hal ini karena ia menyadari bahwa kegiatan-kegiatan kebahasaan baik pelestarian, pembinaan maupun perlindungan, tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan secara bersama-sama termasuk komunitas dan masyarakat secara luas.
‘’Silaturahmi seperti ini sangat penting. Dengan silaturahmi kita bisa berdiskusi dan saling berbagi. Nah, kolaborasi itu juga sangat penting. Apa-apa kalau dikerjakan bersama-sama jadi cepat selesai. Bahasa, sastra, literasi perlu kerja kolaborasi. Saya rasa Rumah Sunting sudah melakukan ini,’’ kata Kepala Balai saat menyambut silaturahmi tim Komunitas Seni Budaya (KSB) Rumah Sunting di kantornya, Kamis (23/1/2025).
Kepala Balai juga meminta agar Rumah Sunting atau komunitas lainnya selalu berkoordinasi dan memberi kabar jika ada kegiatan-kegiatan literasi, kebahasaan dan kesastraan, termasuk penerbitan buku, diskusi atau lainnya.
‘’Kalau ada kegiatan kabari saja. Insyaallah kalau tidak ada halangan dan sehat, Saya hadir. Saya suka bersilaturahmi,’’ katanya lagi.
Sementara itu, Ketua KSB Rumah Sunting, Kunni Masrohanti yang datang bersama tim, pada kesempatan itu menyampaikan, bahwa, meski selama ini kolaborasi antara Rumah Sunting dan Balai Bahasa berjalan baik, tapi perlu terus diperkuat.
‘’Karena masih tahun baru juga, dengan semangat yang baru, maka kedatangan kami ke Balai Bahasa untuk memberkuat tiang-tiang kolaborasi yang selama ini sudah berdiri tegak. Sekaligus kami meminta saran atas kegiatan-kegiatan yang selama ini sudah kami lakukan. Apakah kira-kira sudah tepat, perlu penguatan dan sudah bermanfaat bagi masyarakat atau belum. Sambil berdiskusi tentang banyak hal,’’ kata Kunni pula.
Kunni juga menjelaskan tentang kegiatan Literasi Konservasi yang saat ini sedang dilaksanakan di Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru. Salah satu keluaran dari kegiatan ini adalah terbitnya buku puisi karya anak-anak Kampung Bandar, hasil dari pendampingan dan pelatihan yang dimulai sejak 10 Januari dan berakhir 22 Februari mendatang.
Selain penerbitan buku puisi, juga akan ada panggung pertunjukan seperti syair dan pantun, teater, dongeng atau monolog, tari tradisi dan pembacaan puisi. Semua karya ini terwujud setelah puluhan anak-anak Kampung Bandar mengikuti proses pelatihan bersama tim pendamping.
‘’Saat ini kami masih punya tulisan-tulisan hasil dari pendampingan atau kegiatan yang belum bisa kami bukukan. Ada buku kumpulan puisi berjudul Ujung Bukit hasil kegiatan Literasi Konservasi di Desa Tanjung Belit, buku puisi Oi Sedaghe hasil kegiatan Kenduri Puisi Berbahasa Ibu, dan nanti buku hasil Literasi Konservasi di Kampung Bandar ini. Semuanya masih dalam bentuk dami,’’ kata Kunni lagi.(*)