PEKANBARU (Sunting.co.id) - Calon Gubernur Riau Abdul Wahid melalui Tim Alih Generasi yang dikomandoi Rido Ikhsan, mengundang segenap seniman dan budayawan Riau untuk berdiskusi santai di Wen Coffe Pekanbaru, Kamis (31/10/2024).
Undangan mendadak ini dihadiri oleh beberapa seniman/budayawan antara lain: Benie Riaw (Babe), Bens Sani, Eri Bob, Furqon Elwe, Amesya Ariana, Sendy Alpagari, Amirullah, Mosthamir Thalib Kunni Masrohanti, Kazzaini ks, Siti Salmah, Marhalalin Zaini, Al Rakhim Sekha, Fahrurrozi, dan beberapa lainnya.
Pertemuan diawali dengan penyampaian rencana kerja bidang seni dan budaya oleh Abdul Wahid jika terpilih sebagai Gubernur Riau untuk lima tahun ke depan, lalu ditanggapi oleh peserta dialog dengan disertai saran-saran dan masukan.
"Saya ingin membangun Riau ini dengan tema besarnya adalah Budaya Melayu dan Agamis. Kedua-duanya harus berjalan seimbang. Bicara budaya adalah bicara seni dan seniman serta semua yang terkait dengannya. Maka, seni harus menjadi industri agar seniman bisa sejahtera. Seni dan budaya bisa terus dilestarikan," kata Wahid.
Wahid juga menjelaskan rencana besar untuk tetap menjadikan kawasan Purna MTQ atau Bandar Serai menjadi Islamic Centre. Hal ini membuat para seniman semakin risau dan mempertanyakan di mana lagi laman bermain mereka, bahkan konsep Wahid itu dinilai tidak sesuai apalagi menjadi Quran Centre, tempat mondok para penghafal Alquran.
"Bukan hanya persoalan laman bermain dan proses kreatifitas teman-teman seniman yang akan tersendat-sendat karena memghargai keberadaan Quran Centre di sana, tapi Bandar Serai sudah tak jelas konsepnya. Saya dan kawan-kawan sangat senang, bangga Riau punya Islamic Centre, Quran Centre, tapi jangan di sana tempatnya. Di purna MTQ itu sekarang sudah tak jelas. Di sana ada gedung pertunjukan yang jauh lebih megah dari bangunan Quran Centre, ada perkantoran yakni Dinas Pariwisata, ada anjungan-anjungan, ada orang berjualan dan sebagainya. Tak jelas," kata seniman/budayawan dan wartawan senior, Kazzaini Ks.
Pertanyaan serta solusi-solusi lain juga diberikan oleh peserta diskusi lain. Baik tentang Perda yang mendorong upaya pemajuan kebudayaan, keberadaan infrastruktur seni budaya yang minim dan harus jadi perhatian, untuk menjadi Islamic Centre bagaimana jika bangunan Quran Centre dijadikan museum peradaban Islam sehingga selaras, masyarakat adat yang terabaikan hak-haknya, kondisi suku-suku asli Riau saat ini, visi kebudayaan yang tidak tahu dibawa kemana, perkuat SDM dengan sekolahkan anak-anak Riau sebanyak-banyaknya agar kelak kembali dan berbuat untuk Riau, serta harapan-harapan agar Bang Wahid tetap membuka diri setelah menjadi gubernur nanti.
"Saya sudah merancang kawasan Purna MTQ itu dengan desain pembangunan berbasis budaya dan agama. Saya akan perluas laham MTQ atau Bandar Serai dari 14 hektare menjadi 25 hektare dari Taman Labuai sampai Prime Park. Di sana, di lahan yang luas itu, akan ada tempat berkarya, bermain para seniman. Saya akan atur, ajak para ahli untuk mendesain ulang. Seniman jangan risau, tetap akan Saya libatkan dan perhatikan. Kawan-kawan seniman tetap berkarya, berikan yang terbaik. Kita bersinergi," kata Wahid.
Pertemuan ini disambut baik oleh segenap seniman yang hadir.
"Secara pribadi, Saya bersyukur karena para seniman/budayawan diundang dan diajak berdialog, berdikusi bersama Wahid oleh Tim Alih Generasi ini. Sampai hari ini, baru Abdul Wahid yang mengajak teman-teman seniman/budayawan untuk berdialog. Niat baik harus disambut baik. Maka Saya dan kawan-kawan yang hadir bukan hanya bertanya tentang rencana-rencana Wahid untuk kemajuan kebudayaan Riau jika ia terpilih nanti, tapi kami juga memberikan pandangan, ide, gagasan dan saran-saran, semata-mata untuk kemajuan kebudayaan di Riau. Bukan untuk Wahid saja, tapi lebih jelasnya untuk Riau. Kalau ada calon gubernur lain yang minta pandangan dan gagasan-gagasan untuk pemajuan kebudayaan Riau seperti Wahid ini, Saya pun akan hadir, karena untuk Riau. Tapi sampai detik ini baru Wahid yang membuka diri, mau berdialog. Kalau soal kenapa seniman dan budayawan lain tidak hadir, Saya tidak tahu. Apakah tidak diundang, diundang tapi tidak bisa hadir, atau apa, Saya tidak tahu," kata Kunni, seniman, budayawan Riau dan juga jurnalis.
Hal senada juga diungkapkan Benie Riaw. Ia mengaku bersyukur dan berterimakasih karena bisa mendapatkan kesempatan untuk berdialog langsung dengan Wahid.
"Terimakasih Bang Wahid yang sudah memberi kami kesempatan untuk berdialog langsung seperti ini, berdiskusi dan saling mengisi," kata Babe.
Dari dialog dan diskusi yang berjalan sekitar 2,5 jam dan dipandu Bens Sani itu, dicatat ada lima poin penting yang diusulkan para seniman/budayawan dan dianggukkan oleh Wahid. Lima poin tersebut yakni:
1. Bang Wahid setuju untuk membuat Perda-Perda yang berhubungan dengan pemajuan kebudayaan Riau
2. Bang Wahid me-redisain kawasan puna MTQ atau Bandar Serai menjadi seluas 25 hektare dengan konsep Budaya Melayu dan Agamis dengan tetap memperhatikan ruang dan hak-hak bermain, berkarya para seniman. "Seniman tenang, jangan risau, ada tempat dan akan terus diperhatikan," katanya.
3 Bang Wahid akan urus masyarakat adat, hak-hak dan infrastruktur adat serta mengurus wilayah kelola rakyat (tanah ulayat, penyelesaian konfllik lahan, dll)
4. Bang Wahid akan jadikan seni sebagai industri. Kata Bang Wahid, seni harus jadi industri untuk kesejahteraan seniman/pelaku seni dan budayawan dengan tujuan pelestarian
5. Jika terpilih sebagai Gubernur Riau 2024-2029, Bang Wahid akan berdiri sebagai fasilitator bukan pengendali, akan terus membuka diri, membuka ruang-ruang diskusi dan mengakomodir banyak hal dari masyarakat Riau termasuk seniman/budayawan.(*)