SCW Taja Pelatihan Menulis Puisi, Kunni: Menulis Itu Tentang Proses

Ahad, 28 Agustus 2022

Kunni Masrohanti (kanan) saat jadi narasumber di SCW Pekanbaru, Sabtu (27/8/2022. FOTO SCW

PEKANBARU (Sunting.co.id) - Komunitas Literasi Salmah Creative Writing (SCW) kembali menggelar pelatihan lanjutan, kali ini tentang penulisan puisi, Sabtu (27/8/2022) di Rumah Baca SCW Pekanbaru.

Sebagai narasumber dihadirkan Presiden Penyair Perempuan Indonesia, Kunni Masrohanti dengan tema "Menggali sumber inspirasi".

Siti Salmah, Founder SCW mengatakan, kegiatan hari ini adalah lanjutan dari kegiatan sebelumnya, kegiatan pelatihan ini memang dikonsep seperti kelas belajar, sehingga rutin dilakukan dengan narasumber yang berbeda dan tema yang berbeda juga.

"Kita memang tidak ingin hanya pelatihan sekali saja dan tidak ada lanjutannya, karena para peserta harus terus didampingi agar bisa mengasah kemampuannya dalam menulis," ujarnya.

Keberadaan Komunitas literasi SCW kata Siti sejatinya memang berupaya terus melahirkan penulis baru yang handal, dan itu perlu proses yang panjang, tak ada yang tiba-tiba menjadi penulis ataupun penyair hebat," pesannya.

Sementara itu, Kunni Masrohanti juga berpendapat yang sama, baginya untuk jadi penyair itu tidak ada cara yang instan tapi butuh proses panjang, banyak faktor yang mempengaruhi seseorang hingga akhirnya bisa jadi penyair handal.

"Menulis itu kan tentang proses, dalam menulis puisi misalnya, tidak bisa tiba-tiba mendapatkan diksi yang bagus," ujar Founder Komunitas Rumah Sunting ini.

Dalam menggali inspirasi, Kunni mengatakan hal itu bisa saja datang dari luar atau dari dalam diri sendiri.

"Puisi itu bukan untuk puisi, puisi bisa jadi ekonomi kreatif, bisa jadi sumber kehidupan bagi penyair dan orang-orang di sekitarnya, puisi menjadi jalan untuk merawat tradisi ataupun kearifan lokal, jadi puisi itu tidak lagi hanya tentang kau dan aku, tapi itu semua perlu proses," tegasnya.

Banyak yang belajar atau mengikuti pelatihan namun pada akhirnya tak mampu juga menulis puisi yang bagus, menurut Kunni hal ini bisa saja terjadi karena memang menulis tidak dari hatinya dan juga tidak tunak. Kalau menulis puisi demi sesuatu tidak akan jadi.

"Dan tidak ada juga istilah terlambat untuk menjadi penyair, yang penting, mau belajar, tunak, kalau rajin mengikuti, ada bakat, saya rasa bisa, mungkin sekarang baru terbuka, dulu menulis mungkin karena terpaksa," jelasnya.

Katanya lagi, di Riau banyak penyair yang bertumbuh, namun yang bisa dibawa 'ke tengah' itu bisa dihitung. Ada yang senior karena umur ada juga yang senior karena karyanya. Sudah lama pun belum tentu karyanya lebih bagus dari yang baru-baru.

"Yang pasti itu, tidak ada cara instan untuk menjadi penyair, tidak semudah itu, sampai dia menemukan diksi yang bagus bahkan sampai pada titik dirinya yang jadi diksi, dirinya itu yang berpengaruh," pungkasnya.(*)