Panggung tepi laut untuk peserta FSIGB 2022. FOTO IST
KEPRI (Sunting.co.id) - Iven penutupan FSIGB 2022 adalah ziarah budaya, yaitu sebuah perjalanan napak tilas ke situs-situs sejarah dan budaya. Tujuannya, selain memperkenalkan jejak sejarah di Kepri, juga untuk memperkaya pemahaman para peserta terhadap adat resam Melayu.
Selain itu, juga tradisi yang telah membesarkan sejarah literasi di kawasan ini, sehingga lahir karya-karya sastra besar dan penting seperti Gurindam XII dan lainnya. Perjalanan yang akan memperkaya bahan tulisan bagi peserta. Baik puisi maupun prosa, jejak sejarah dan warisan budaya dari sebuah negeri yang sudah eksis dan jatuh bangun setidaknya lebih dari 8 abad.
Tahun-tahun sebelumnya, peserta FSIGB dibawa berkunjung ke situs sejarah di Bintan Tua, Penyengat, Ulu Riau, Pusat Pelestarian Ikan Duyung, dan lainnya. Tahun ini direncanakan akan berkunjung ke Kota Kijang, Kabupaten Bintan, sebuah kota tua, bekas pusat penambangan bouksit.
Peserta akan diajak berkelilig kota tua itu, melihat sisa-sisa napas kota yang pernah jadi pusat tambang bouksit satu-satunya di Indonesia. Melihat apa yang tersisa, apa yang diwariskan, apa yang bisa dijadikan puisi, novel atau cerita pendek.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pemkab Bintan menyambutnya secara terbuka dan bersiap untuk menyajikan khazanah seni yang mereka punya. Warisan masa lalu itu. Dulu peserta diajak menonton Makyong versi pendek dari Mantang. Joget Lambak dan cerita tentang padang lamun dan ikan duyungnya. Kali ini mereka akan menampilkan keseniah khas Bintan yang masih terawat. Mungkin gong dan tari khas Suku Laut yang masih ada di Berakit atau lainnya.
“Kami siapkan dulu Datuk, “ kata Pjs Bupati Bintan ,Robby Kurniawan.
Yang pasti setelah keliling, peserta diajak berkumpul di monumen aneka tambang. Sebuah tugu yang di sana ada diorama sejarah penambangan bouksit di Kijang. Kemudian makan malam bersama dan pesta otak-otak khas Bintan. Otak-otak tamban, otak-otak tulang, otak-otak tenggiri.
“Sayang musim duriannya sudah lewat. Kalau tidak, kita bisa pesta durian tembaga dan durian daun dari kampungb
durian di kaki Gunung Kijang,“ tambah Bupati.
Cerita durian yang sudah habis musimnya ini, pastilah membuat peserta jadi mengurut dada karena kecewa . Dulu, panitia mendatangkan durian dari Medan untuk menjamu mereka. Tahun ini, pesta durian ditunda, dan diganti dengan pesta otak-otak. Inipun sebuah puisi. Puisi nasi lemak khas Berakit.
Seperti biasa, ada juga parade baca puisi dari sekitar 30 peserta. Di depan monomen Aneka Tambang. Bupati nya juga siap membaca puisi. Pesta puisi di kota tambang itu juga jadi acara penutupan FSIGB 2022 yang sudah dimulai sejak 24 September malam dan ditutup tanggal 26 malam. Besoknya,27 September, para peserta dari luar Tanjungpinang akan berangsur-angsur kembali ke daerah masing masing.
Bintan dan FSIGB ini hampir dalam satu tarikan nafas. Nama Gunung Bintan jadi identitas festival sastra ini karena Bintan adalah ikon Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu.
Bintan adalah salah satu pusat kerajaan Melayu tertua ldi jazirah tanah Melayu ini, Kerajaan Bintan Bukit Batu (1160 -1441). Di Bintan ini lah tahun 2018 FSIGB pertama dibuka di pelataran eks MTQ Provinsi Kepri, di Teluk Bakau.
Jika tidak ada halangan, tahun depan, peserta akan diajak ke sebuah situs sejarah terpenting yaitu kompleks Pemakaman Hang Tuah, Laksamana Melayu yang tersohor itu.
“Tahun 2023 ini kami mulai membangun komplek pemakaman itu, biar bisa jadi salah satu tempat ziarah budaya, dan juga kunjungan wisata,“ kata Bupati Robby Kurniawan lagi.
Di Bintan memang masih sangat banyak warisan sejarah dan budaya yang bisa dikunjungi dan belajar sejarah dari sana. Pulau Pengujan sebagai pulau tempat Pujangga Melayu Raja Ali Haji menulis buku-bukunya, tempat Allahyarham membangun pesantren.
Berakit dengan perkampungan Suku Laut. Mantang tempat berkembangnya kesenian Mak Yong. Gunung Bintan dengan tradisi kenduri sekampung di bulan arwah, dan.lain-lain.
Konon, di sebuah gua di kaki Gunung Bintan itulah dulu naskah lama buku sastra sejarah Salalatussalatin tersimpan, sebelum dibawa ke Johor, dan ditulis ulang dan disempurnakan oleh Tun Seri Lanang, Bendahara Paduka Raja Johor. Bintan yang kaya dan salah satu tujuan wisata utama di Kepulauan Riau.(rls/*)