Kunni Serahkan Lima Buku Karya Rumah Sunting Kepada Badan Bahasa Kemendikbud

Sabtu, 06 Agustus 2022

Founder sekaligus Pembina Komunitas Seni Rumah Sunting Kunni Masrohanti menyerahkan buku kepada tim Badan Bahasa Kemendikbud RI, Jumat (5/8/2022).FOTO SUNTING

PEKANBARU (Sunting.co.id) - Founder yang juga pembina Komunitas Seni Rumah Sunting, Kunni Masrohanti, menyerahkan lima karya Rumah Sunting kepada
Perwakilan Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kendikbud) RI. Penyerahan sebanyak lima buku ini dilakukan saat tim Badan Bahasa berkunjung ke Basecamp Rumah Sunting di Perumahan Delima Puri, Tobek Godang, Pekanbaru, Jumat (5/8/2022).

Lima buku tersebut yakni, Mufakat Air (2018) Menderas Sampai Siak (Puisi, 2017), Kunanti di Kampar Kiri (Puisi, 2018), Rimbang Baling Dalam Puisi (Puisi, 2018), dan Puisi Para Pendaki (Puisi, 2020).

"Inilah karya kami (Rumah Sunting, red), semoga menjadi bagian dalam meramaikan kesusasteraan di Indonesia, sesuai salah satu niat kami mendirikan komunitas ini," kata Kunni, founder sekaligus pembina Komunitas Seni Rumah Sunting.

Pemberian Kunni langsung dibalas Tim Badan Bahasa yang juga menyerahkan buku-buku terbitan Badan Bahasa. Ada 38 judul.

Kedatangan tim Badan Bahasa ini untuk mendata eksistensi komunitas sastra di Riau. Hal ini disampaikan salah aatu tim Badan Bahasa,  Leni Mainora SS MPd  yang datang bersama rekannya Ahmad Fadjri SE, dan Irwanto dari perwakilan Balai Bahasa Riau.

"Maksud kedatangan kami untuk melihat secara dekat dan mendata eksistensi komunitas-komunitas sastra di Riau, apakah bertahan atau sudah banyak yang tidak aktif lagi. Kalau masih aktif, apa yang dilakukan sehingga bisa bertahan. Ini akan menjadi catatan kami untuk merancang program-program tahun berikutnya," kata Leni.

Sebelum datang, tim Badan Bahasa melalui Balai Bahasa Riau sudah menyerahkan link terkait data komunitas untuk diisi. Ada 31 pertanyaan di dalam link ini. Semua tentang keberadaan komunitas sastra.

"Sampai sekarang kami belum pernah mendapatkan bantuan dana dari pemerintah. Dana APBD lo ya, kalau dalam bentuk lain seperti fasilitas, penerbitan buku, ada. Setiap tahun kami merayakan Hari Puisi di Riau.  Pernah di Siak. Penyair dan sastrawan datang dari berbagai provinsi dan mancanegara. Pemkab Siak memfasilitasi banyak hal," kata Kunni, Pimpinan sekaligus Pembina Rumah Sunting yang didampingi Ketua Harian Yanda Rahmanto, menjawab pertanyaan Leni secara langsung.

Kunni juga menceritakan bagaimana Rumah Sunting selalu eksis dalam menjalankan program-programnya.

"Modalnya silaturrahmi, komunikasi. Membuat banyak kegiatan, menggandeng banyak pihak. Mulai tokoh muda, kepala desa, camat, atau siapa saja yang mau bersama-sama. Misalnya Literasi Konservasi yang kami giatkan, ini dilaksanakan dengan modal komunikasi, salah satunya dengan WWF Indonesia, mulai dari pendampingan di tiga desa sampai penerbitan buku. Program-program lain, dilaksanakan dengan iuran. Sewa beskem juga dengan iuran. Kalau menang lomba atau dapat hadiah, kita manfaatkan juga untuk keperluan bersama, termasuk sewa beskem," sambung Kunni kembali menjawab pertanyaan Leni.

Rumah Sunting, sebut Kunni, memiliki beberapa bidang seni. Ada teater, sastra, tari, musik dan film. Beberapa bidang belum berjalan maksimal, salah satunya karena keterbatan alat dan.perlengkapan. Sedangkan bidang yang paling aktif saat ini yakni sastra.

"Berusaha bergerak terus, sebisanya untuk bersama-sama menjaga iklim seni, sastra dan budaya di Riau bersama teman-teman seniman dan satrawan lainnya," sambung Kunni.

Khusus di bidang sastra, selain memiliki prorgam Literasi Konservasi, juga ada Kenduri Puisi, Tadarus Puisi, Penerbitan Buku Puisi, Teatrikal Puisi, Donasi Buku, Bengkel Puisi, Perayaan Hari Puisi Indonesia (HPI), Nongkrong Bertuah (Nongkah), Salam Puisi dll.

"Yang jelas, dalam berkegiatan, lebih banyak iuran dan sumbangan dari orang-orang baik hati. Khusus Literasi Konservasi  ini tak jauh-jauh dari karya berbasis lingkungan dan budaya, pelestarian lingkungan dan budaya, dan ini kami tuangkan dalam karya-karya, baik puisi, teatrikal, tari, literasi digital dan lainnya," kata Yanda pula.

Irwanto, Perwakilan Balai Bahasa Provinsi Riau yang mendampingi tim Badan Bahasa menjelaskan, apa yang dilakukan Badan Bahasa bukan hanya sekedar pendataan. Tapi juga mencari fakta tentang eksistensi komunitas-komunitas sastra di Riau.

"Dari pendataan ini, semoga ada kabar baik untuk teman-teman Rumah Sunting dan beberapa komunitas lain yang dikunjungi. Mereka ingin melihat apa yang dibutuhkan teman-teman. Apa rak buku, penerbitan buku, sound system atau lainnya," kata Irwanto.

Usai memgajukan beberapa pertanyaan, salah satunya tentang program kegiatan, pendanaan, sumber dana dan lainnya, Leni dan tim mendokumentasikan suasana pertemuan dan prestasi-prestasi yang diraih Rumah sejak 2012 sampai sekarang. Prestasi, penghargaan dan berbagai kegiatan itu terpajang memenuhi dinding basecamp sederhana tersebut.(*)