BRIN dan BRGM Lakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca

Kamis, 21 Juli 2022

Suasana Kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di posko TMC Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Kamis (21/7/2022). FOTO IST

PEKANBARU (Sunting.co.id) - Berdasarkan hasil pantauan Sistem Monitoring Kebakaran Hutan dan Lahan (Sipongi) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sejak awal Juli 2022 telah terjadi  peningkatan eskalasi titik panas (hotspot) di Provinsi Riau.

Menurut prediksi Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi bencana karhutla di Provinsi Riau juga akan meningkat di bulan Juli hingga September tahun 2022. Hal ini didasari pada sifat hujan untuk bulan Juli - Oktober di wilayah Provinsi Riau yang diprediksi berada pada kondisi normal hingga
di bawah normal dan juga berdasarkan pola tahunan jumlah kejadian hotspot di Pulau Sumatera, khususnya Provinsi Riau yang mencapai puncak pada periode bulan Juli - Oktober.

Kemunculan hotspot pada lahan - lahan gambut terjadi karena adanya penurunan kelembapan lahan gambut dan akan semakin rentan untuk terbakar sehingga mengakibatkan bencana karhutla jika tidak segera ditangani.

Atas dasar tersebut, maka Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) meminta kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi
Cuaca (Lab. TMC) untuk melaksanakan kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Tujuannya untuk pembasahan lahan gambut di wilayah Provinsi Riau guna mencegah terjadinya Karhutla.

Kegiatan TMC di Riau yang dimulai pada 21 Juli 2022 rencananya akan dilaksanakan selama 11 hari sesuai permintaan BRGM yang metupakan kegiatan periode II. Sebelumnya juga telah dilaksanakan kegiatan TMC pada periode I yang dilaksanakan pada 14 April – 25 April 2022 atas kerjasama BRIN dengan KLHK dan PT. RAPP Riau.

Pada periode I tersebut kegiatan TMC telah berhasil mempertahankan kelembapan lahan gambut dan
menurunkan jumlah hotspot yang terjadi di wilayah Provinsi Riau. Pada kesempatan pembukaan kegiatan TMC kali ini, Koordinator Lapangan Dr. Tukiyat dari Lab.
Pengelolaan TMC mengatakan, bahwa pelaksanaan operasional kegiatan dikendalikan dari Pos Komando (Posko) yang berada di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau. Selain tim dari Lab.
Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN, kegiatan ini juga didukung oleh TNI AU Skadron 4 Malang dengan mengerahkan armada pesawat CASA 212-200 beserta 11 crew pesawat.

“Kegiatan TMC ini juga mendapat dukungan dari Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru, BMKG, Pemerintah
Provinsi Riau, BPBD Provinsi Riau, dan Kepolisian Daerah (Polda) Provinsi Riau,” ujar Tukiyat.

Selain personil yang bertugas di Posko, di tempatkan juga beberapa personil yang bertugas di Pos Meteorologi Dumai dan Pelalawan untuk melaporkan keadaan cuaca serta pengamatan visual pertumbuhan awan tiap jam pada tim yang ada di Posko Pekanbaru untuk dianalisis
sebagai salah satu pertimbangan dalam penentuan strategi penyemaian awan.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Basar Manullang menjelaskan, beberapa tahun terakhir, TMC telah menjadi solusi permanen sebagai penanganan karhutla di
Indonesia. Menurut data yang telah dihimpun KLHK dari 317 posko pengendalian karhutla di Provinsi Riau, hingga 18 Juli 2022 telah terjadi peningkatan eskalasi kejadian karhutla.

Melihat skenario penanggulangan karhutla yang dilakukan selama dua tahun terakhir sejak tahun 2020 dengan aksi pencegahan menggunakan metode pembasahan lahan gambut melalui operasi TMC yang dinilai cukup berhasil menekan jumlah hotspot, maka diperlukan upaya yang sama
pada tahun ini. Sehingga dengan dilakukannya TMC ini diharapkan akan meminimalisir kejadian karhutla dan dapat mewujudkan langit biru Indonesia tanpa asap.

Menurut Agus Yasin, Kepala Pokja Teknik Restorasi BRGM, PP 57 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, kriteria kerusakan lahan gambut, ditandai dengan turunnya tinggi muka air tanah dibawah 0,4 m. BRGM Riau memiliki 25 unit TMAT yang
memberikan data secara real time setiap jam. 20 unit telah mengindikasikan kategori bahaya, 4 unit mendekati 0,4 m dan 1 unit dalam kategori aman.

Hal ini yang mendorong kegiatan TMC
untuk segera dilaksanakan. Kegiatan pembasahan lahan gambut di Riau merupakan langkah awal untuk kegiatan TMC pembasahan lahan gambut di provinsi lainnya. Selaras dengan itu,
Kepala Pokja Restorasi Gambut Wilayah Sumatera, Susilo Indrarto, secara resmi membuka kegiatan Operasi TMC di Provinsi Riau.

"Dalam proses perencanaan restorasi lahan gambut, BRGM bekerja sama dalam menghimpun data iklim, cuaca, dan TMAT
dari KLHK, BMKG, dan BPBD untuk dianalisa, sehingga dapat memastikan faktor apa saja yang dapat mencegah terjadinya pengeringan lahan gambut dan karhutla yaitu dengan berkolaborasi
dengan BRIN untuk melakukan operasi TMC," ujar Susilo.

Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo, mengatakan bahwa upaya TMC untuk pengendalian karhutla dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan hasil yang
cukup signifikan.

“Berkaca dari pengalaman kejadian El Nino di tahun 2019 yang mengakibatkan bencana karhutla yang cukup masif, di mana saat itu TMC dilakukan untuk tujuan pemadaman (fire suppression), maka pelaksanaan TMC di tahun-tahun setelahnya dilakukan lebih awal untuk
tujuan pembasahan lahan gambut (re-wetting). Target Operasi TMC kali ini adalah untuk menjaga tinggi muka air tanah gambut agar tetap berada di batas atas ambang batas (threshold) kekeringan, sehingga lahan gambut tidak mudah terbakar dan potensi kejadian karhutla dapat dikurangi,” paparnya.

Menurut Plt. Direktur Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi – BRIN, Salim Mustofa, Pelaksanaan TMC di Provinsi Riau kali ini merupakan tindak lanjut dari sejumlah rencana operasi TMC di beberapa provinsi rawan bencana karhutla yang sebelumnya juga sudah
dilaksanakan di Provinsi Riau periode I dan Provinsi Sumatera Selatan - Jambi.

“Selain Riau, selanjutnya kami juga berencana melakukan operasi TMC di Provinsi Kalimantan Barat yang
berdasarkan data pantauan hotspot dari rekan-rekan di KLHK yang terlihat mulai meningkat eskalasinya. Rencana jadwal pelaksanaan di provinsi-provinsi tersebut masih kami koordinasikan dengan KLHK, BNPB, BRGM, BMKG dan dukungan Skadron Udara 2 TNI AU,” jelas Salim.

Seperti yang telah diketahui, daerah Riau memiliki area lahan gambut yang cukup luas dan rentan terjadi kebakaran saat musim kemarau. Untuk itu maka pada musim kemarau ini perlu dilakukan
antisipasi sedini mungkin upaya-upaya pembasahan lahan dengan memanfaatkan TMC untuk meningkatkan intensitas curah hujan.

Harapannya, dengan adanya hujan maka kolam-kolam penyimpanan air pada lahan gambut dapat terisi dan menjaga tinggi muka air tanah (TMAT) lahan gambut terjaga kelembabannya sehingga dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan dan
lahan.(rls/*)