Puisi Karya Tiga Wartawan PWI Riau Dibedah

Sabtu, 02 April 2022

Suasana bedah buku karya penyair wartawan PWI Riau.

PEKANBARU (Sunting.co.id) - Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Persada Bunda Riau bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau menggelar Hybrid Discussion 2022, bedah buku karya wartawan Indonesia berjudul ''Menatap Tubuhmu di Belukar Bakau'' Sabtu (1/4/2022) di gedung PWI Riau Jalan Arifin Ahmad. Bedah buku dikhususkan pada bedah puisi karya tiga wartawan PWI Riau yang puisinya ada di dalam buku tersebut. 

Tiga wartawan Riau yang puisinya dibedah tersebut yakni, Dheni Kurnia, Kunni Masrohanti, dan Syam Irfandi. Sedangkan pembedah yang dihadirkan adalah Kazzaini Ks, penyair, sastrawan, budayawan, sekaligus anggota Dewan Kehormatan PWI Riau. 

Ketua PWI Riau, H Zulmansyah Sekedang, dalam sambutannya menyampaikan ucapan terimakasih kepada STBA yang melaksanakan kegiatan tersebut di PWI. 

''Memang, di PWI Riau ini banyak penyair. Di antaranya penyair yang puisinya dibedah hari ini. Pembedahnya juga PWI. Terimakasih STBA yang melaksanakan kegiatan bedah buku di PWI. Semoga ke depan akan bisa dilaksanakan bersama lagi,'' kata Zulmansyah. 

Pada kesempatan tersebut, Zulmansyah juga mengucapkan selamat datang dan mengucapkan terimakasih kepada penyair-penyair Riau yang hadir secara luring. Di antaranya, Aris Abeba, Husnu Abadi, Dheni Kurnia, Kunni Masrohanti, Siti Salmah dan beberapa komunitas yang hadir. 

Selain mereka, hadir juga penyair Riau secara daring. Antara lain, Bambang Kariyawan, Rian Harahap, Murparsulian,   Listi Mora Rangkuti. Ketua Dinas Kebudayaan Riau, Yoserizal Zein, juga sempat hadir secara daring. 

Zulmansyah mengaku sangat jarang  membaca puisi. Dan pada kesempatan itu, ia membaca penggalan puisi karya Kunni Masrohanti. 

''Kami mengucapkan terimakasih kepada PWI Riau yang telah berkerjasama dan menyediakan fasilitas untuk acara hari ini. Kegiatan bedah buku ini tentu sangat berarti dan menambah pengalaman tak terhingga bagi mahasiswa kami,'' ungkap Ka Prodi  STBA, Diana Zuriati. 

Kazzaini membedah puisi karya tiga wartawan PWI Riau yang juga penyair itu, secara detil. Mulai dari diksi-diksi karya mereka hingga latar belakang profesi dan pekerjaan masing-masing. 

''Dheni Kurnia kental dengan mantra Talang Mamaknya karena beliau berasal dari sana. Puisi Kunni bernafaskan isu lingkungan karena Kunni juga pegiat dan aktivis lingkungan. Sedang Syam Irfandi, alumni sastra Inggris, karyanya kental dengan kritik-kritik sosial,'' kata Kazzaini. 

Dheni Kurnia, Kunni dan Syam, lebih banyak bercerita tentang proses kreatif dan bagaimana bisa fokus menulis karya. 

''Intinya fokus. Mau menjadi harus fokus. Mau jadi besar, mau jadi nomor satu di kelasnya, harus fokus. Adek-adek semua harus fokus jika ingin besar dan menjadi. Semangat terus berkarya,'' kata Dheni yang juga menceritakan perjalanan karirnya dalam dunia kepenyairan dan kewartawanan. 

Rangkaian kegiatan kemudian diakhiri dengan tanya jawab, pembacaan puisi oleh penyair yang datang dan Nyanyi Puisi persembahan Komunitas Seni Rumah Sunting yang juga berkolaborasi dengan Dheni Kurnia.*