Konservasi Tak Mungkin Sendiri

Sabtu, 26 Maret 2022

Suasana Media Ghatering Balai BKSDA Riau dengan wartawam di One Renifery Cafe, Jalan Delima. FOTO BBKSDA

PEKANBARU (Sunting.co.id) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Riau menggelar Media Ghatering sekaligus diskusi bersama wartawan di lingkungan kantor ini, Jumat (5/3/2022). Diskusi kali ini  mengusung tema 'Konservasi Tak Mungkin Sendiri'.

Balai Besar KSDA Riau menyadari peran media sangat penting sebagai mitra konservasi terutama untuk menyosialisasikan dan menggaungkan kesadaran konservasi kepada masyarakat. Untuk itulah kegiatan ini dilaksanakan.

Pada diskusi yang dilaksanakan di One Renifry Cafe Jalan Delima, Panam ini, BKSDA mendatangkan nara sumber dari akademisi sekaligus jurnalis yaitu DR.Afni Zulkifli, S.AP., M.Si dan seorang budayawan sekaligus jurnalis Kunni Masrohanti, S.Ag.  Kegiatan dibuka langsung oleh Plt BKSDA, Fifin Arfiana Jogasara.

''KSDA Riau saat ini sedang berupaya merangkul semua pihak untuk bersama-sama menggaungkan dan turut berpartisipasi dalam konservasi. Tantangan dan rintangan ke depan makin besar dan beragam. Dengan dukungan rekan-rekan wartawan, kami brharap konservasi akan lebih mudah dan luas. Konservasi tak bisa sendiri. Kami perlu dukungan kawan-kawan dan pihak-pihak lain,'' kata Fifin.

Jika tidak diantisipasi dan didukung semua pihak, sambung Fifin, ditambah makin berkembangnya jumlah penduduk, niscaya akan makin mempersempit ruang gerak satwa liar. Belum lagi gangguan dan ancaman lain  yang bisa pemicu terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar.

Kawasan konservasi yang ada dalam pengelolaan Balai Besar KSDA Riau seluas 439.197,25 ha. Dengan 2 Cagar Alam, 10 Suaka Marga satwa, 3 Taman Wisata Alam, 1 Taman Nasional, 1 Taman Buru dan 3 Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam yang belum ditetapkan peruntukannya.

Jumlah petugas sebanyak 183 orang. Kondisi ini bisq mustahil terwujudnya konservasi yang optimal tanpa dukungan berbagai pihak. Karena kesadaran itulah, maka Balai Besar KSDA Riau mengajak seluruh pihak untuk ikut andil dalam konservasi. 

Salah satu pihak yang telah melakukan kerjasama dengan Balai Besar KSDA Riau saat ini adalah Fauna & Flora International (FFI)  Indonesia Programme. Fokus program lembaga ini pada kawasan Semenanjung Kampar yaitu SM Tasik Serkap dan SM Tasik Besar Serkap.

Kerjasama dilakukan untuk mendukung upaya konservasi Harimau sumatera, Gajah dan habitatnya, mendukung upaya pemberdayaan masyarakat desa penyangga baik yang berada di dalam maupun di sekitar kawasan konservasi, dan mendukung upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang konservasi bagi petugas Balai Besar KSDA Riau.

Kegiatan yang telah dilakukan di antaranya mendukung pelaksanaan deklarasi konservasi TWA Sungai Dumai, pembekalan survey Sumatra Wide Tiger Survey (SWTS), penyusunan peta kerawanan konflik satwa, dan studi banding pelaksanaan SMART Patrol.

Untuk masyarakat telah dilakukan pendampingan masyarakat yang lebih intensif selama masa konflik sekaligus melakukan sosialisasi dan pembentukan kelompok penanganan konflik manusia dan satwa Harimau sumatera, strategi pengelolaan hewan ternak agar meminimalisir terjadinya konlik serta beberapa kegiatan lainnya.

''Hal ini sejalan dengan prinsip konservasi yang digaungkan dengan 3M nya yaitu Mutual Respect, Mutual Trust dan Mutual Benefit. Konservasi tidak seperti eksakta, konservasi harus dilakukan lintas batas, dilakukan secara humanis dan memberi manfaat pada masyarakat,'' sambung Fifin.

kerjasama Balai Besar KSDA Riau dengan FFI Indonesia Programme dan berbagai pihak dapat terlaksana sesuai yang diharapkan dan akan semakin banyak lapisan masyarakat yang menyadari pentingnya konservasi untuk keseimbangan alam ini.(*)