'Dan, Perempuan yang Kau Telan Airmatanya', Cara Kunni Merayakan Luka

Selasa, 14 September 2021

Kunni Masrohanti dan buku puisi terbarunya.

PEKANBARU (Sunting.co.id) - Entah pada siapa, entah pada apa, tapi amarah, rindu, kesabaran, bahkan kepasrahan pada takdir, seolah tumpah ruah dalam puisi pada buku-buku ini. Sebuah buku berjudul 'Dan, Perempuan yang Kau Telan Airmatanya'. 

Inilah buku puisi terbaru karya Kunni Masrohanti, penyair kelahiran Siak Sri Indrapura, Riau yang juga Ketua Penyair Perempuan Indonesia (PPI). Buku ini merupakan buku puisinya yang kelima. 

Puisi dalam buku ini cukup pendek-pendek. Salah satu puisi tersebut adalah:

kuwaktukan kita tanpa jeda

murka kerap kali menjadi bunga
hilang wangian canda
dan rindu, 
kekarkan kembali akar-akar cinta
diam menjadi yang paling petaka
kau tunggu juga tidaknya menjadi iya

dan, 
kuruangkan segala pada kita
kuwaktukan kita tanpa jeda

2020

Buku yang diterbitkan Salmah Publishing tersebut berisi 74 puisi dengan ISBN 978-623-6846-28-5, ketebalan 83 halaman termasuk biodata dan daftar isi, spesifikasi cover doff, uv spot laser, embos, bookpaper, pembatas dan srink. Ilustrasi buku ini dirancang oleh Burhani Anas, desain sampul oleh Aidil Adri, dan tata letak oleh Wan Sarudin. 

Cover depan hampir penuh dengan ilustrasi wajah seorang perempuan dengan rambut tergerai dan sekuntum bunga, serta meneteskan air mata. Ilustrasi ini juga penuh simbol dan makna yang semuanya kembali kepada alam; air mata berupa daun-daun, rambut berupa kulit kayu dan sekuntum bunga yang merekah. Seluruh cover berwarna hitam putih sehingga terkesan elegan. Hanya kata 'Dan' yang berwarna oren seolah ada makna lain yang ingin disampaikan secara lebih. 

Dikatakan Kunni, puisi-puisi dalam buku ini ditulis dalam rentang waktu sekitar satu tahun, yakni 2020 hingga 2021. Dibandingkan buku-buku Kunni sebelumnya, buku ini memang sedikit berbeda baik warna makna, kata, maupun muatannya. 

''Apa saja bisa ditulis. Isu lingkungan, sosial, budaya, pandemi, bahagia, semua bisa ditulis, bisa dirayakan dengan kata. Begitu juga dengan luka dan setiap orang punya cara yang berbeda. Dan, inilah cara saya,'' kata Kunni.

Ketika ditanya soal kata 'Dan', kalimat sambung yang berada di awal judul dan berwarna berbeda sendiri, Kunni menjawab singkat. ''Wah, dibaca saja, nanti akan ketemu makna, 'Dan' itu.''

Meski begitu, sebuah kata di cover belakang buku mulai mengantarkan pembaca untuk sampai pada kedalaman makna-makna puisi yang ada di dalamnya. Kata tersebut adalah, ''Untumku, untuk kita dan siapa saja yang menjalani takdir dengan purna sebagai anak manusia, terimalah puisi ini dengan cinta''.

Buku puisi Kunni yakni, Sunting (2011), Perempuan Bulan (2016), Calung Penyukat (2019), Kotau (2020) dan Dan, Perempuan yang Kau Telan Airmatanya (2021). Selain buku puisi, Kunni juga menulis buku Harmoni Masyarakat dan Alam Rimbang Baling (Refleksi adat budaya, 2018), Sekelumit Sejarah Kerajaan Gunung Sahilan (Refleksi sejarah, adat, budaya, 2018) dan beberapa lainnya.(mde)