Penggiat Alam Riau Sepakat Berhimpun di Bawah Satu Payung

Senin, 23 November 2020

Sharing community dan diskusi malam Riau Camp 2020. (Gober/Sunting)

MINAS (Sunting.co.id) - Ratusan Penggiat Alam se-Riau dari berbagai organisasi dan komunitas, bersepakat untuk berhimpun di bawah satu payung atau satu wadah. Kesepakatan ini terungkap dalam diskusi bersama usai sharing community pada malam puncak Riau Camp 2020, Sabtu 21 November di Taman Hutan Raya (Tahura). 

Komunitas yang ikut hadir  tersebut antara lain, Komunitas Penggiat Konservasi Riau (KPKR), Komunitas Seni Rumah Sunting, Pondok Belantara, Lindungi Hutan Riau (LHR), Tapak Rimba, KPKR, LPE Riau, U-Forty, Mapala Natural, Wanapalhi, PPGI, PGI Korwil Riau, Sakhe Adventure, Kaparak, LRCR dan masih banyak lainnya, termasuk usaha outdoor.

Diskusi yang dipandu pendiri Komunitas Seni Rumah Sunting, Kunni Masrohanti, berlangsung tidak lama. Usai sharing community yang dipimpin Eko Handyko Purnomo dari Pondok Belantara, Kunni yang sejak awal ditunjuk panitia kecil pada rapat terakhir untuk menjadi moderator, langsung mengambil alih. 

Pertanyaan tentang apakah sebanyak 33 komunitas dengan ratusan peserta yang hadir di Riau Camp 2020 sepakat untuk berkarya, berkegiatan dan berbuat demi lingkungan Riau lebih baik dalam satu wadah, dilontarkan Kunni berkali-kali. Karena tidak ada yang menjawab, Kunni melontarkan pertanyaan secara per kelompok.

Peserta yang duduk melingkar di tengah panggung arena malam itu, tidak ada yang meninggalkan tempat. Hampir semua duduk dan menyimak dengan rapi. Pertanyaan dilontarkan mulai dari samping kanan, depan, kiri hingga bagian belakang. Semua menjawab sepakat. 

Lalu Kunni mempertegas  nama apa yang akan dipakai sebagai payung besar tempat berhimpun bersama nantinya. Dua peserta mengacungkan tangan dan memberikan pendapat. 

''Malam sudah larut. Tidak kondusif dan kurang tepat jika nama apa yng akan kita pakai dibahas malam ini. Sebaiknya soal nama ditunda, biarkan teman-teman berfikir dan berdiskusi dengan rekan-rekan sekomunitasnya dulu,'' kata Yanda dari Jungle Ghost Riau, menguatkan pendapat peserta sebelumnya. 

Sebelum diskusi soal nama dan pembentukan wadah bersama berlanjut, Kunni memberikan kesempatan kepada Muhammad Gumilar atau Gumpal untuk menjelaskan tentang Forum Komunikasi Penggiat Alam  (FKPA) Riau yang ditunjuk oleh panitia kecil sebagai pelaksana Riau Camp 2020 untuk pengurusan izin dan kelancaran acara. 

''FKPA ini memang sudah ada, tp belum ada pengurus, belum ada apa-apanya, masih sekedar nama dan kegiatan sederhana seperti pengumpulan donasi untuk almarhum Faris sebelumnya. Selebihnya belum apa-apa. Silahkan jika nama FKPA ini akan dipakai,'' jelas Gumpal. 

FKPA ada, kata Gumpal, karena dua tahun terakhir banyak adek-adek Penggiat Alam yang datang kepadanya serta berkeinginan untuk bersama berkarya, berkegiatan dalam satu wadah. Riau Camp 2020  yang dihadiri komunitas dan organisasi Penggiat Alam, memandang FKPA layak ditunjuk sebagai pelaksana. 

Meski begitu, soal nama wadah atau payung yang akan dibentuk, diserahkan sepenuhnya kepada seluruh peserta yang hadir. Karena arah kesepakatan untuk menunda pembentukan nama, maka Kunni menutup pertemuan tersebut dan mengumumkan bahwa perwakilan komunitas yang hadir akan dihubungi kembali oleh panitia kecil Riau Camp 2020 untuk kembali berkumpul dan membahas soal nama di waktu dan tempat yang ditentukan kemudian. 

''Sudah ada sinyal hijau, khususnya dari Kepala Dinas LHK Riau bahwa beliau siap memfasilitasi pertemuan serta pengukuhan nama Penggiat Alam oleh Pak Gubernur nanti untuk selanjutnya bergerak dan bersinergi bersama demi kebaikan alam Riau,'', ujar Fahrurrozy dari U-Forty. 

Memang, ratusan peserta Riau Camp 2020 yang hadir berasal dari berbagai lintas komunitas dan usia. Apapun komunitas yang berkosentrasi pada alam, turut bergabung malam itu. Akhir diskusi disepakati, bahwa, pembentukan nama akan ditentukan dalam pertemuan berikutnya.

''Alangkah baiknya FKPA Riau ini dipakai sebagai nama forum PA di Riau, karena FKPAR yang ada ini memang masih putih dan netral. Tapi bagaimanapun, keputusan tetap di tangan kawan-kawan penggiat alam yang ada di Riau ini. Sebab, kesepakatan bersama itu adalah nilai tertinggi bermusyawarah, cermin dari jati diri kita sebagai penggiat alam ini, bahwasanya penggiat alam itu menjunjung tinggi kebersamaan, jujur dalam bersikap dan peduli pada sesama,'' harap Koordinator Umum Riau Camp 2020, Nofriza Miza.(*)