Tardji: Puisi Melahirkan Bangsa, Apa yang Diberikan Bangsa Pada Puisi

Selasa, 03 November 2020

Sutardji Calzoum Bahcri Baca Puisi dalam MUNSI III, Selasa (3/11/2020.(Foto Sunting)

JAKARTA (Sunting.co.id) - Sutardji Calzoum Bachri, Presiden Penyair Indonesia yang sudah berusia 80 tahun, hadir membacakan puisi dalam acara Musyawarah Nasional Saatrawan Indonesia (MUNSI) III, di Novotel Hotel Mangga Dua, Jakarta. 

Tardji membaca puisi pada hari kedua pelaksanaan Munsi yang dilalsanakan Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Selasa (3/11/2020). Tardji diundang secara khusus.

Tardji membacakan banyak puisi, mulai puisi kepemudaan, nasehat hingga puisi cinta. Salah satu puisi yang dibacanya berjudul 'Wahai Pemuda Mana Telurmu'.

Apa gunanya merdeka
Kalau tak bertelur
Apa gunanya bebas
Kalau tak menetas?

Wahai bangsaku
Wahai pemuda
Mana telurmu?

Burung jika tak bertelur
Tak menetas
Sia-sia saja terbang bebas

Kepompong menetaskan
kupu-kupu,
Kuntum membawa bunga
Putik jadi buah
Buah menyimpan biji
Menyimpan mimpi
Menyimpan pohon
dan bunga-bunga

Uap terbang menetas awan
Mimpi jadi, sungai pun jadi,
Menetas jadi,
Hakekat lautan

Setelah kupikir-pikir
Manusia ternyata burung berpikir

Setelah kurenung-renung
Manusia adalah
burung merenung

Setelah bertafakur
Tahulah aku
Manusia harus bertelur

Burung membuahkan telur
Telur menjadi burung
Ayah menciptakan anak
Anak melahirkan ayah

Wahai para pemuda
Wahai garuda
Menetaslah
Lahirkan lagi
Bapak bagi bangsa ini!

Menetaslah
Seperti dulu
Para pemuda
Bertelur emas

Menetas kau
Dalam sumpah mereka

Disebut Tardji, puisi ini dibuat untuk pemuda Indonesia yang melahirkan bangsa ini dengan puisi melalui teks Sumpah Pemuda sebagai puisi besar. Lalu dia pun bertanya, ''Puisi telah melahirkan bangsa ini, yakni berupa Sumpah Pemuda sebagai puisi besar. Lalu apa yang sudah diberikan bangsa ini kepada puisi, khususnya sebagai pemegang kebijakan. Tapi penyair juga jangan minta-minta, terus berkarya untuk kearifan dan memberi ma'rifah bagi bangsa ini.''

Penampilan Tardji di panggung MUNSI memukau ratusan sastrawan dari berbagai wilayah di Indonesia yang hadir. Apalagi Tardji tampil. maksimal dengan alat musil harmonika.(*)