Yang Istimewa di Cagar Alam Bukit Bungkuk

Kamis, 29 Oktober 2020

Sungai dan rimbun rimba Cagar Alam Bukit Bungkuk. (Foto Sunting)

Semesta kian megah ketika jantung rimba raya bisa dirasakan dengan mewah. Tenang, sejuk, dan rupa-rupa hidup begitu indah di dadanya.

Laporan Tim Sunting.co.id, Kampar   

MASUK ke dalam kawasan Cagar Alam (CA) Bukit Bungkuk di Kabupaten Kampar, Riau,, tidak bisa dengan leluasa. Sebab, masuk kawasan ini harus ada izin dari pihak terkait, seperti dinas kehutanan dan juga Balai besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA).

Memasuki kawasan ini, yang terdengar hanya suara gemericik air. Arusnya mengalir di antara bebatuan warna-warni. Coklat, putih tulang, bahkan kemerah-kemerahan. Di antaranya juga berwarna hijau karena diselimuti lumut. Baik di permukaan maupun dasar lubuk yang dalamnya mencapai 5-4 meter. Salah satunya Lubuk Sati. Sejuk. Jernih. Segar. Bersih. Pohon-pohon sebesar empat kali tubuh manusia dewasa, tinggi,  menghampar di sepanjang tepiannya. Sungai Singalan, begitu masyarakat setempat menyabutnya. Di tepian sungai ini, dua tangkai bunga bangkai (amorphopallus gigas) ditemukan beberapa tahun lalu.

Saat Sunting.co.id masuk dalam kawasan ini bersama Balai Besar Konservasi Sunber Daya Alam (KSDA) Riau, teriakan ungko (hylobates agilis) menyambut lantang. Terpekik-pekik panjang seperti orang minta tolong. Bersahut-sahutan. Sangat bising. Padahal, perjalanan memasuki kawasan hutan menuju lokasi bunga ini belum sampai satu jam. Tepatnya masuk dari Desa Bukit Melintang, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar. Sejuknya air sungai membuat ujung-ujung jari mulai mengerut karena kedinginan.

Sesuai dengan namanya, Cagar Alam, maka tidak boleh ada aktivitas apapun di dalam kawasan ini, kecuali untuk kepentingan penelitian. Hal ini sesuai dengan peruntukan yang diperbolehkan sesuai dengan Surat Keputuan Menteri Kehutanan No 173/Kpts-II/1986 Tanggal 6 Juni 1986. Dalam surat ini juga disebutkan luasan CA Bukit Bungkuk mencapai 20.000 hektare.

Dinyatakan sebagai Cagar Alam karena hutan dalam kawasan ini memiliki kekayaan alam yang luar biasa, baik flora maupun fauna. Kayu-kayu berharga, keras dan bermutu tinggi banyak sekali. Seperti meranti (Shorea sp), bintangur (Calophyllum spp), kempas (Koompassia malaccensis maing), keruing (Dipterocarpus sp), balam (Palaquium gulta), durian hutan (Durio sp), kulim (Scorodocarpus boonensis), suntai (Palagium walsunrifolium), dan rengas (Gluta renghas).

Satwa dilindungi juga masih banyak, seperti beruang madu (Helarctos malayanus), harimau loreng sumatera (Panthera tigris sumatrensis), rusa (Cervus timorensis), kancil (Tragulus javanicus) antara lain kera ekor panjang (Macaca fascicularis) antara lain ayam hutan (Gallus gallus), bubut besar (Centropus cinensis) antara lain biawak (Varanus salvator), bunglon (Colates spp), Siamang (Shimphalangus Sindactilus), Ungko (Hylobates Agilis), Beruk (Macaca nemestrina),Kucing Hutan (Felis bengalensis) beberapa jenis kupu-kupu, ngengat dan beberapa jenis Katak

Kucing hutan termasuk yang terancam. Ancaman tersebut di antaranya hilangnya tempat tinggal mereka, begitu juga dengan satwa-satwa lainnya. Selain itu, perburuan juga menjadikan satwa ini diambang punah. Ungko atau dikenal dengan nama hylobates agilis merupakan satwa yang menggantungkan hidupnya pada hutan alami, dan mereka memakan buah dari hutan alam juga. Ungko saat ini dalam status Endangered (terancam punah). Ungko di Indonesia hanya berada di pulau Sumatera saja. Dengan semakin tergerusnya hutan alam oleh perkebunan kelapa sawit dan masyarakat yang demam perkebunan kelapa sawit mengakibatkan satwa ini kehilangan tempat tinggal dan semakin hari jumlah mereka semakin menurun.

Di kawasan CA Bukit Bungkuk terdapat beberapa jenis kodok dan katak. Kekayaan hayati yang dimiliki oleh Kawasan CA Bukit Bungkuk ini membutuhkan perhatian khusus dari pemerintahan dan masyarakat seluruhnya agar kekayaan hayati dan ruang yang diperuntukan untuk mereka bisa terjaga dengan baik dan lestari.

Selain menjadi kawasan hutan resapan bagi Bendungan Koto Panjang, CA Bukit Bungkuk juga menjadi daerah resapan bagi anak-anak sungai yang melintasi beberapa desa di pinggir kawasan ini, seperti Desa, Sungai Durian, Desa Padang Laweh, Desa Merangin, Desa Kuok dan lainnya.

‘’Sebisanya kita bersama-sama menjaga CA Bukit Bungkuk, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Peran mereka sangat penting agar kekayaan dan keistimewaan di dalamnya tetap terjaga,’’ ujar Kepala Seksi Wilayah III BBKSDA Riau, Bintang Hutajulu.***