Literasi Konservasi KSB Rumah Sunting di Kampung Bandar Lahirkan Buku Berjudul Gelogegh

Rabu, 26 Februari 2025

Prosesi peluncuran buku berjudul Gelogegh hasil pendampingan KSB Rumah Sunting di puncak Kenduri Bandar Senapelan, di Laman Rumah Singgah Tuan Kadi, Sabtu (22/2/2025). IST

PEKANBARU (Sunting.co.id) -  Kegiatan Literasi Konservasi yakni sebuah upaya penyelamatan lingkungan dan kearifan lokal dengan jalan seni dan sastra yang diselenggarakan Komunitas Seni Budaya (KSB) Rumah Sunting, menghasilkan karya buku antologi berjudul Gelogegh. Buku ini diluncurkan secara simbolis pada puncak kegiatan Kenduri Bandar Senapelan, Sabtu (22/2/2025) di Laman Tuan Kadi, Pekanbaru.

Founder KSB Rumah Sunting, Kunni Masrohanti, menjelaskan, Gelogegh merupakan kumpulan karya sastra yang ditulis anak-anak Kampung Bandar setelah mengikuti proses pelatihan selama hampir dua bulan dalam program Literasi Konservasi ini. Di dalamnya ada puisi, cerpen, syair dan naskah monolog.

Karya dalam buku ini juga melalui kurasi tim KSB Rumah Sunting  yakni, Muhammad Sholeh Arshatta, Alang Alang Khatulistiwa dan Al Rakhim Sekha.

"Alhamdulillah karya yang terdokumentasikan dari kegiatan Literasi Koservasi di Kampung Bandar, Senapelan ini adalah karya sastra dalam bentuk buku antologi yang kami beri nama Gelogegh,’’ kata Kunni.

Gelogeh sendiri, lanjut Kunni, diambil dari bahasa sehari-hari masyarakat Kampung Bandar yang juga merupakan hasil diskusi dan masukan dari masyarakat setempat. Asal katanya Gelegar. Dengan harapan, seni, sastra dan semangat anak-anak serta masyarakat Kampung Bandar dalam upaya pelestarian alam dan kearifan lokal melalui jalan seni, budaya dan pwriwisata terus menggelegar sehingga Kampung Bandar semakin dikenal sampai ke mana-mana dan berdampak ekonomi bagi masyarakatnya.

"Bukan hanya buku yang terlahir dari Literasi Konservasi di Kampung Bandar ini. Ada karya tari, teater serta hadirnya seniman-seniman muda dan juga terbentuknya sanggar seni yang diberi nama Sanggar Bandar Serumpun. Kami berharap hasil Literasi Konservasi bisa berdampak ekonomi apalagi sudah terbentuk sanggar. Selain buku, juga ada karya tari yang tercipta dari kegiatan ini. Tinggal menyatukan dengan paket wisata karena Kampung Bandar adalah kota lamanya Pekanbaru, pusat wisata sejarah dan budaya di Pekanbaru," sambung Kunni.

Sementara itu, salah seorang tim kurasi Muhammad Sholeh Arshatta, mengatakan, puisi-puisi yang ditulis anak-anak Kampung Bandar memang memerlukan pendampingan yang ekstra sehingga bisa masuk dalam antologi tersebut.

"Memang perlu proses panjang,  pendampingan ekstra. Saya fikir tim pendamping yang luar biasa berkerja ekstra dalam melatih anak-anak menulis puisi, syair atau cerpen dalam buku ini. Sangat terlihat antusias anak-anak sangat tinggi. Satu orang ada yang menulis 10 puisi. Jadi, ini sudah jadi. Dan pendampingan jangan berhenti," harap Sholeh sang penyair muda itu.

Libatkan Puluhan Peserta
Literasi Konservasi di Kampung Bandar melibatkan puluhan peserta, yang semuanya adalah anak-anak Kampung Bandar mulai usia 5 tahun atau TK hingga SD, SMP, SMA sederajat dan ada satu peserta mahasiswa.

Selain menulis karya sastra berupa puisi, syair, cerpen dan monolog, mereka juga terlibat dalam panggung seni pertunjukan. Ada yang menari, bermain teater, membaca syair, membaca puisi, monolog  dongeng dan fashion show pakaian tradisional.

Panggung Seni Bebudak Kampung Bandar adalah malam pertunjikan seni yang dibuat khusus untuk penampilan akhir dari hasil Literasi Konservasi ini. Kegiatan ini sendiri dilaksanakan tanggal 15 Februari atau seminggu sebelum buku antologi ini diluncurkan.
Para pemain teater, yakni, Desra Alfatih, Muhammad Farhan, Habib Mar Alif, Arfa, Hari S Genzi. Tiara Syafira, Fatya Alanna Syahda dan Bilqis Fatin Zanina. Penulis dan Pembaca Syair yakni Khaila Khairunnisa Oktaviana dan Dimas Anugerah Harfi. Penulis dan Pembaca Monolog yakni Nabila Febrinaldi. Penulis dan Pembaca Puisi yakni, Arif Rahman dan Syabrina Aprinaldi

Peluncuran Buku
Prosesi Peluncuran Buku berjudul Gelogegh karya anak-anak Kampung Bandar (Puisi, Syair, Cerpen, Naskah Monolog) dihadiri berbagai tokoh masyarakat dan berbagai pihak, serta ratusan masyarakat serta seniman. Lagi-lagi, buku ini lahir dari rahim Literasi Konservasi, sebuah program tentang pentingnya melestarikan, memanfaatkan, mengembangkan, mewariskan kekayaan alam dan nilai-nilai budaya dengan jalan seni yang dilaksanakan Komunitas Seni Budaya Rumah Sunting di Kampung Bandar sejak 10 Januari 2025 hingga hari 22 Februari

Kegiatan ini melibatkan belasan tim Literasi Konservasi dan puluhan anak-anak Kampung Bandar sebagai peserta, serta didukung penuh oleh tokoh-tokoh dan masyarakat Kampung Bandar.  

Adapun guru/tim pendamping Literasi Konservasi Komunitas Seni Budaya Rumah Sunting yang terlibat yakni, Amrullah, Al Rakhim Sekha, Muhammad Sholeh Arshatta, Wulandari, Ridwan Habibi Nst, Hesty, Alifa Salsabila, Al Sahab, Della, Defri Gunawan, Dayang, dan Alang Khatulistiwa sebagai PIC.

Adapun penulis dalam buku ini yakni, Aleeya Sarrah Asyalka, Ameli Eza Putri, Arif Rahman, Asyifa Fitriani, Aurel Aqila Kaniya, Bilqis Fatin Zanina, Charisa Bilqis Hanifa, Dimas Anugerah Harfi, Faiqa Hafeeza Putri, Fatya Alanna Syahda, Givani Rianda Marsa, Kanaya Ramadani, Kayla Azara, Nabila Febrinaldi, Nur Sabila Atiqa Putri, Nurul Hafizah, Sabrina Aprinaldi, Saffa Ananta Kirana, Shiren Dwi Anugerah, Syafira Rumana Fhadila, Syafira Salsabila, Tasya Novriana, Tiara Syafira, Tya Ramadani, Vira Octari, Zafifa Riha Dzakiya.

‘’Terimakasih kepada penasehat sekaligus pendamping dari Kampung Bandar yakni H Syahrial Idris, Ibu Desi Susanti, Bapak Rinaldy atau Bang Ibet dan Bu Ariance yang selalu mendampingi kami dalam setiap kegiatan Literasi Konservasi sehingga buku ini benar-benar lahir di hadapan kita,’’ kata Kunni lagi.

Hadir Sejak Akhir 2017
Program Literasi Konservasi digagas/dicetuskan oleh Kunni Masrohanti sejak tahun 2017 dan selalu dilaksanakan bersama Komunitas Seni Budaya Rumah Sunting yang didirikannya. Rumah Sunting sendiri berdiri tahun 2012.

Program Literasi Konservasi tahun 2018 sampai 2019 dilaksanakan di Desa Kuntu, Terusan dan Ludai Kabupaten Kampar dan menghasilkan buku berjudul Rimbang Baling dalam Puisi.  Tahun 2023 dilaksanakan di Malako Kociak Desa Tanjung Beringin menghasilkan buku dengan judul buku Aku Malako Kociak. Tahun 2024 dilaksanakan di Desa Tanjung Belit dan menghasilkan buku dengan judul Ujung Bukit.

‘’Semoga apa yang kami lakukan ini bermanfaat bagi masyarakat khususnya anak-anak yang sudah mengikuti proses pelatihan berkesenian dan menulis selama 1,5 bulan. Meski peluncuran sudah dilaksanakan malam ini, bukan berarti kerja kami sudah selesai. Belum. Masih banyak yang ingin kamim kembangkan bersama masyarakat di Kampung Bandar ini, termasuk perpustakaan kampung atau paling tidak pojok baca,’’ jelas Kunni.(*)