Dua Remaja Kampung Bandar Sampaikan Pesan Konservasi Melalui Syair, Usai Mengikuti Literasi Konservasi

Ahad, 16 Februari 2025

Una dan Dimas anak jati Kampung Bandar saat membacakan syair karyanya sendiri di Panggung Seni Bebudak Kampung Bandar, Sabtu (15/2/2025) di Laman Tuan Kadi. FOTO SUNTING

PEKANBARU (Sunting.co.id) - Syair adalah salah satu cabang seni berupa sastra lisan yang diajarkan dalam Program Literasi Konservasi Komunitas Seni Budaya (KSB) Rumah Sunting di Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru. Hasil pelatihan yang berlangsung sejak 10 Januari lalu itu dipentaskan di panggung pertunjukan yang diberi nama Panggung Seni Bebudak Kampung Bandar, Sabtu (19/2/2025) di Laman Tuan Kadi.

Ada dua peserta yang akhirnya bertahan di bidang syair dari awal hingga akhir dan tampil membawakan syair tersebut di panggung pertunjukan. Mereka adalah Khaila Khirunnisa Oktaviana atau Una dan Dimas Anugerah Harfi atau Dimas. Bahkan mereka berdua sudah ikut tampil bersama KSB Rumah Sunting di saat proses pelatihan tersebut sedang berlangsung, yakni di panggung seni budaya pertemuan wartawan seluruh Indonesia saat Hari Pers Nasional (HPN) 2025 dilaksanakan di Kota Pekanbaru 9 Februari.

Una dan Dimas, panggilan keseharian untuk dua peserta bidang syair ini dilatih dan didampingi oleh Ridwan Habib Nst ketika berlatih selama 1,5 bulan dalam program Literasi Konservasi tersebut. Bangganya lagi, isi atau naskah syair itu ditulis oleh mereka sendiri. Semua tentang kemolekan, kebanggaan dan kecintaan kepada Kampung Bandar sebagai tanah lahir mereka.

“Selama proses latihan berlangsung memang Una dan Dimas yang serius selain mereka memang punya bakat, seperti didukung suara yang mumpuni dan keinginan berlatih yang kuat. Di awal proses, ada beberapa peserta yang bergabung di bidang syair ini, tapi setelah latihan beberapa kali tidak ada kemajuan dan perkembangan, maka Saya sarankan pindah ke bidang lain. Meraka mau dan lebih bagus di bidang lain karena kalau bertahan di syair, Saya yakin mereka tidak akan berkembang. Akhirnya hanya tinggal Una dan Dimas,’’ kata Ridwan Habib.

Inilah syair Kampung Bandar Bertuah karya Una dan Dimas:

Sungai Siak sungai nan indah
Airnya tenang mengalir sudah
Memberi rezeki tanpa lelah
Penduduk setempat penuh berkah

Di sini jejak Melayu terpahat
Rumah Singgah Tuan Kadi yang hebat
Rumah panggung berdiri memikat
Berkumpul warga memelihara adat

Pasar Bawah tempat bersejarah
Di Senapelan penuh berkah
Membawa bahagia tanpa lelah
Hari ceria tak pernah sudah

Indah berdiri di tanah Melayu
Masjid Raya senapelan nan syahdu
Pusaka lama penuh kalbu
Iman terjaga takkan berlalu

Di Sungai Siak sampan berlalu 
Siang dan malam bekerja syahduh
Memancing dan mejala rezeki bersatu
Itulah masyarakat Senapelan yang satu

Layang-layang terbang membumbung
Tali dikawal jangan tersandung
Angin bertiup layang menundung 
Hati riang jangan merundung

Berlarilah riang di tanah lapang
Main galah panjang senang tak kepalang 
Sorak sorai riuh tak lekang
Gembira bersama tiada yang bimbang

(*)