Sumpit, Oleh-Oleh Desa Tanjung Beringin yang Unik dan Menarik

Rabu, 16 Agustus 2023

Num, pengrajin sumpit dari Desa Tanjung Beringin, Kampar Kiri Hulu. FOTO SUNTING

KAMPAR (Sunting.co.id) - Dulu, banyak perempuan di kawasan Hulu Sungai Subayang yang lihai membuat anyaman dari daun umbai atau sejenis pandan hutan. Tapi kini sudah sangat berkurang. Kalaupun ada perempuan yang masih pandai, bisa dihitung dengan jari. Usia mereka juga di atas 40 tahun. 

Bicara perempuan dengan segala keahliannya memang tidak ada habisnya. Apalagi sebagai wilayah paling hulu sebelah kiri di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, tepatnya di sepanjang Sungai Subayang, pasti melimpah dengan kekayaan alamnya. Artinya, keahlian yang disambut dengan ketersediaan bahan dari alam sekitar, membuat kekayaan lain bermunculan, salah satunya kerajinan tangan. 

Desa Tanjung Beringin misalnya. Di desa ini tidak banyak lagi perempuan yang ahli menganyam umbai jadi kerajinan tangan, baik tikar, tempat beras, tempat ikan, tampah dan lain sebagainya. Kalaupun ada hanya beberapa. Salah satunya Num. Num. perempuam hebat yang sampai saat ini masih pandai menganyam umbai menjadi kerajinan tangan dan hasilnya sangat rapi. 

"Dari dulu memang sudah bisa karena belajar dari orang tua. Dulu, ibu Saya juga menganyam," kata Num kepada Sunting.co saat ditemui di rumahnya, di Desa Tenjung Beringin. 

Salah satu kerajinan tangan berupa anyaman umbai yang dibuat Num adalah sumpit. Sumpit ini dahulunya digunakan sebagai tempat ompiang atau emping pulut. Kemudian bisa juga digunakan untuk yang lain-lain seperti ikan, kalamai dan sebagainya. 

Saat ini ada juga yang menggunakan sumpit sebagai hiasan dinding, terlihat manis dan menarik. Besar atau kecilnya bisa dibuat sesuai selera di Tanjung Beringin, Num lah yang dikenal mahir membuat sumpit ini. 

"Alhamdulillah, kadang ada yang pesan minta dibuatkan. Ada juga yang untuk hiasan dinding," sambung Num, perempuan asli Desa Terusan. 

Sumpit terdiri dari beberapa bagian.  Bagian paling atas disebut tali angkai atau pegangan. Satu tali angkai bisa terdiri dari dua, tiga atau empat sumpit. Ada tewang di bagian paling atas sumpit, yakni berupa lubang-lubang kecil. Semakin besar sumpit, semakin banyak pula tewang. Ada kalayegh di bagian bawah sumpit, atau penutup dan jumbai di bagian paling bawah, atau setelah kalayegh. 

Sepintas, membuat sumpit memang mudah, tapi sesungguhnya rumit, perlu keahlian agar hasilnya rapi dan memuaskan.(*)