Dihentikan Saat Nampil di Ruang Sidang DPRD Riau, Seniman Kutuk Sikap Arogan Panitia

Kamis, 10 Agustus 2023

Detik-detik pertunjukan opera berjudul Tun Fatimah persembahan Teater Selembayung dihentikan secara paksa dan diusir dari ruang sidang DPRD Riau, Rabu (9/8/2023). FOTO IST

PEKANBARU (Sunting.co.id)  - Rabu 9 Agustus 2023 adalah puncak perayaan HUT Provinsi Riau ke 66. Puncak acara di ruang rapat paripurna DPRD Riau diwarnai dengan pertunjukan opera persembahan Lembaga Teater Selembayung. Sayangnya, saat seluruh aktor sedang tampil, penampilan dihentikan oleh petugas dengan alasan Gubernur Riau beserta rombongan akan memasuki ruangan rapat, Seluruh pemain diusir keluar ruangan. 

Penghentian opera berjudul Tun Fatimah yang 90 persennya dimainkan oleh anak-anak itu terjadi pada menit ke 15:15. Para aktor dan juga anak-anak itu sempat kebingungan meski pada akhirnya harus mengikuti perintah petugas dan keluar ruangan. 

Pengusiran terhadap Selembayung yang sedang tampil di ruang rapat paripurna itu menjadi perbincangan hangat di grup Whatshapp Majelis Sastra Riau (MSR),  Jaringan Teater Riau (JTR) dan beberapa lainnya. Para seniman yang tergabung di dua grup.ini mengutuk sikap arogansi panitia yang dianggap tidak menghargai seniman dan karyanya. 

"Kasihan Fedli dengan Teater Selembayungnya. Ini menjadi catatan penting bagi kita seniman di Riau," kata seniman, penyair, aktor dan imam panggung Tok Tan,  Aris Abeba dalam grup Whatshapp MSR. 

Hal Senada juga diungkapkan seniman, budayawan, Ketua Yayasan Sagang Riau, Kazzaini Ks. Karena penasaran, Kazzaini menonton video pertunjukan dan proses rapat paripurna yang bisa dilihat di youtube itu, berkali-kali 

"Saya tonton video ini berkali-kali.
Miris. Ketika anak-anak tengah di arena, 
berusaha tampil dengan sebaik-baiknya di tempat, waktu, dan acara yang terhormat ini, audien yang terdiri dari para anggota dewan terhormat sama sekali tidak menunjukkan apresiasi. Mereka sibuk selfi, foto sana foto sini, cipika-cipiki  seakan pertunjukan itu tidak ada. Seakan anak-anak itu tidak ada di situ. Miris," kata Kazzaini pula. 

Kunni Masrohanti, penyair, seniman perempuan Riau, aktris, sutradara teater dan founder Komunitas Seni Rumah Sunting, juga mengungkapkan rasa kesal dan sedihnya. Sikap arogansi panitia itu dianggap memutuskan semangat dan mental anak-anak yang sedang tampil. 

"Seharusnya, rombongan pejabat yang hadir dalam ruangan itu berhenti, semuanya menyimak dan menyaksikan pertunjukan.. Anak-anak itu anak kita, anak-anak Indonesia, anak-anak mereka juga. Sesudah selesai penampilan, berilah aplaus, tepuk tangan, datangi, salami semua aktor. Anak-anak akan merekam sampai kelak bahwa gedung wakil rakyat itu memang terhormat dan bermartabat, orang-orang di situ memang  berakal, berbudi dan beradab. Dan anak-anak itu akan pulang dengan bangga," kata Kunni pula. 

Mulyati Umar, penulis, penyair dan juga Kepala Sekolah di salah satu SDN di Pekanbaru yang juga tergabung dalam MSR, menyampaikan rasa kesal dan prihatin yang mendalam. 

"Asa anak anak itu  dibuat mati. Seumur hidup akan jadi kenangan yang pahit dalam hidupnya. Di sekolah, kami mendidik bagaimana mereka berani dan tumbuh rasa percaya dirinya tinggi. Seketika di gedung terhormat, mental mereka dijatuhkan. Rasanya mau menangis Saya karenamendidik anak-anak itu tidak mudah.  Mental mereka dijatuhkan seketika," kata Mulyati. 

Pimpinan Selembayung Fedli Aziz yang juga Ketua Dewan Kesenian Pekanbaru  tersebut mengaku sangat kecewa. Yang lebih membuat dirinya kesal lagi, pengusiran itu berdampak negatif bagi mental anak-anak yang sudah latihan berminggu-minggu agar bisa memberikan penampilan terbaik. 

"Saya melihat wajah anak-anak bingung. Mereka betul-beyul terpukul, hilang percaya diri. Mereka bertanya kenapa dihentikan, kenapa disuruh keluar, apa penampilan yang kurang bagus dan lain-lain. Mereka tidak tahu siapa yang datang. Mereka hanya tahu ruangan itu mewah, banyak bunga dan mereka harus tampil dengan bagus. Mereka hanya tahu di situ semuanya orang dewasa. Saya sangat kecewa," ungkap Fedli. 

Fedli meceritakan bagaimana Selembayung bisa tampil Opera Tun Fatimah di ruang rapat paripurna. Ia diberi laluan untuk tampil  di sana oleh anggota dewan Eddy M Yatim yang langsung meminta kepada Panpel HUT yakni Bagian Umum DPRD Riau selaku Panpel, sejak sebulan lalu. 

Setelah itu, Fedli dkk berkordinasi dengan Kabag Umum dengan melakukan berkali-kali pertemuan dan rapat bersama. Awalnya, Selembayung tampil di acara inti sidang paripurna setelah tari persembahan. Tak tahu kenapa, dua hari sebelum acara  Fedli dkk dipanggil rapat lagi. 

Dalam rapat itu, sambung Fedli, Panpel menyatakan mengeluarkan Selembayung dari acara inti. Lalu diminta tampil sebelum Gubri dan rombongan hadir di DPRD. Alasannya, mengganggu kesakralan dan ketakutan-ketakutan lainnya. Menurut Panpel, perubahan itu permintaan jajaran pimpinan (jajaran ketua). 

"Dengan berat hati, perubahan itu Saya oke kan. Maka kami diberi jadwal tampil pagi-pagi sekali. Saat hadir pagi, kami langsung diminta tampil. Tentu Saya menolak, karena untuk apa tampil ditonton jejeran kursi undangan alias gedung masih kosong. Lalu berkali-kali Saya tanya ke MC, dia bilang tidak ada perintah untuk memanggil Selembayung tampil, meski tamu satu persatu berdatangan. Saya cari penanggung jawab, dalam hal ini Kabag Umum dkk dan Saya tanyakan apakah jadi kami tampil? Tak ada kepastian sebab Panpel sibuk selfie di luar, tak peduli kondisi di dalam. Saya tanya lagi, jadi tampil atau tidak? Mereka bilang "Terserah!"
Ya sudah, Saya inisiatif langsung ambil mic dan langsung memulai pertunjukan, karena yang punya hajat buang badan," jelas Fedli panjang lebar 

Saat pertunjukan berlangsung 10 menit, sambung Fedli lagi, tiba-tiba petugas langsung ke panggung dan meminta aktor untuk keluar di pintu yang tidak semestinya untuk keluar masuk talent. 

"Sebenarnya, pada rapat terakhir dengan mereka, kami sudah memastikan soal kemungkinan itu hingga berkali-kali. Termasuk Saya tanya, kalau pertunjukan sedang berlangsung dan Gubri beserta rombongan datang bagaimana? Mereka bilang, nanti bisa dikondisikan dan kami memang dikondisikan untuk keluar dari panggung sebelum Gubri masuk," kata Fedli lagi.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan belum ada pihak panitia yang bisa dikonfirmasi.(*)