Peringati Hatedu, Jaringan Teater Riau Gelar Diskusi Bersama Seniman Riau

Sabtu, 18 Maret 2023

Seniman Riau duduk santai menggelar diskusi sempena Hatedu, Jumat (17/3/2023) di Pekanbaru. FOTO IST

PEKANBARU (Sunting.co.id) - Jaringan Teater Riau (JTR) menggelar diskuai santai sempena memperingati Hari Teater Dunia (Hatedu), Jumat (17/3/2023). Kegiatan yang dilaksanakan di Kedai Enkraf Yung Sungut Laman ASIT Pekanbaru ini dihadiri seniman lintas seni.

Ketua JTR  Rian Harahap, menyampaikan, ruang teater di Riau semakin sempit. Inilah yang membuat JTR menggelar diskusi tematik sempena perayaan Hatedu sekaligus merayakan satu tahun JTR.

"Ruang teater ini sudah sempit, jangan lagi dipersempit. Duduk bersama dan berbincang tentang Hatedu seperti malam ini, sungguh sangat luar biasa. Semoga ini bisa kita ulang kembali," kata Rian.

Kegiatan ini membuat anak-anak muda rela duduk bersama-sama di lantai laman Bujang Mat Syam tepatnya di depan kedai Enkraf Yung Sungut untuk menyaksikan beberapa pertunjukan dan diskusi. Mengharukan dan kritis.

Pada malam ini, anak-anak muda yang hadir mempertanyakan bagaimana ruang kesenian yang diberikan pada teater? Sejauh mana pemerintah daerah peduli pada teater? Mana ruang-ruang yang disediakan? Begitu pula dengan isu munculnya tata ruang di Bandarserai yang dinilai ngalor ngidul perencanaannya.

Fedli Aziz   dengan keras mengkritik tidak ada kepedulian dan regenerasi, pembinaan dalam ruang teater hari ini. Ia takut generasi ini akan putus jika tidak diberi tahu dan diwanti-wanti iklim apa yang sedang terjadi hari ini. Sementara, Rino Dezapaty meminta daerah lebih giat menjemput dana alokasi dari pusat untuk membangun kesenian daerah.

"Begitu banyaknya program dari pusat yang jika daerah tidak ambil, maka hari ini kita hanya akan gigit jari," kata Rino.

Pay Lembang dati Teater Batra Unri, pembincang selain Fedli dan Rino, menyampaikan bagaimana iklim teater kampus hari ini harus diisi dengan isu-isu kritik.

Hatedu di Bandarserai tepatnya di kedai Enkraf Yung Sungut ini berhasil menarik dua ratus seniman teater di Riau. Begitu juga ada empat puluh komunitas yang bergabung dalam JTR.

Tampil malam itu sanggar Bahuwarna PBSI UIN, Tempa PBSI UNRI, Batra UNRI, Goeboek Creative Kampar, Beni Riaw, Adly Bektu dan Diki, Harfaldi dan acara dipandu oleh Siti Salmah.

Acara malam itu menjadi sebuah memori ingatan bahwa teater hari ini tidak boleh menjadi anak tiri. Tetaer sama dengan percabangan seni lain. Mestinya selebrasi teater malam itu menjadi pengingat bagi pejabat terkait untuk melihat besarnya gerakan seniman teater jika mereka berjejaring.

Hingga saat ini JTR terus melaksanakan agenda-agenda secara mandiri tanpa ada bantuan dari pemerintah. Jaringan Teater Riau terus melakukan kerja-kerja pengawasan.

Malam itu Jaringan Teater Riau berusia tepat satu tahun dan berharap bisa menjadi laboratorium bagi seluruh seniman teater di Riau.

"Tabik Teater Riau! Bangkit dan Berjaya," kata Rian lagi.(*)