Kanal

Berbagi di Pondok Belantara, Prigi: Sungai Adalah Harta Karun Masa Depan

PEKANBARU (Sunting.co.id) - Komunitas Pondok Belantara menggelar bincang sungai dengan menghadirkan dua aktivis dan peneliti sungai dari tanah Jawa, Minggu (10/7/2022). Dua aktivia iru adalah Prigi Arisandy dan Amiruddin.

Perbincangan yang lebih kepada berbagi dan pemikiran, gagasan dan motivasi dari dua aktivis kepada komunitas-komunitas di Pekanbaru ini, diawali dengan undangan dari Eko Handiko Purnomo selaku Direktur Pondok Belantara.

"Mumpung ada mas Progi dan Cak Amir aktivis hebat di Pekanbaru, yok merapat ke Pondok Belantara," kata Eko yang akrab disapa Kakang di beberapa grup Whatshapp.

Memang benar apa yang dikatakan Kakang, rugi rasanya jika tidak menghadiri pertemuan dan perbincangan tersebut. Prigi dan Amir adalah orang penting di Ecoton yang sedang melintas di Sumatera karena menyelesaikan Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN).

Ada 68 sungai berstatus sungai nasional yang dikunjunginya secara langsung di seluruh Indonesia. Dari 68 sungai itu, baru 26 sungai yang berhasil dikunjungi dan diteliti.

Ekspedisi ini khusus menggali dan membeberkan kondisi air sungai dan sampah apa saja yang ada di sungai tersebut. Sebelum ekspedisi ini, Prigi dan Amir yang berdomisili di Gresik, telah meneliti tiga sungai besar di Jawa Timur, yakni Sungai Citarum, Brantas dan Bengawan Solo dengan menjadikan dampak popok terhadap sungai sebagai objek penelitian.

Kegiatan Prigi dan Amir yang sudah dimulai sejak 20 tahun lalu atau sejak Ecoton berdiri, membuat keduanya diundang Kick Andy dalam Program Ekspedisi Planet Biru. Bahkan sebelum perbincangan dimulai, seluruh anak muda yang hadir, termasuk Prigi dan Cak Amir, terlebih dulu menyaksikan program tersebut yang disiarkan Live Streaming pukul 21.05 di Metrotvnews.com.

"Keberadaan komunitas yang fokus kepada sungai di suatu daerah sangat perlu. Kalau tidak ada, tidak ada yang peduli. Sungai hanya jadi tempat sampah," kata Prigi yang melakukan ekspedisi dengan menggunakan motor.

Disebutkan Prigi, ada empat pilar penting yang ingin dicapai dalam ESN ini, yakni, mendeteksi kesehatan sungai, mendokumentasikan kondisi sungai, edukasi pentingnya sungai bagi kehidupan dan mendorong terbentuknya kelompok atau komunitas peduli sungai.

Selain pilar di atas, juga ada beberapa aspek kajian penting dalam ekspedisi tersebut, yakni aspek hisldrologi, sosial, budaya dan institusi. Untuk.mengetahui semua kondisi ini, para aktivis harus memamahi status sungai, atau wilayah kelola sungai tersebut oleh siapa.

"Kita harus menciptakan narasi atau sesuatu yang bisa menginspirasi bagi yanh lain. Kadang takut, takut diketawakan dan lain-lain tapi harus ada yang mengawali, harus ada yang memulai. Kita sebagai penyambung lidah, menceritakan apa-apa yang dirasakan masayarakat sungai," sambung Prigi.

Prigi juga menyampaikan, apa yang dilakukannya bersama ecoton dan rekan-rekannya hanya karena niat baik agar sungai tetap bisa menjadi harta karun bagi anak cucu.

"Harusnya kita minum air bersih dengan gratis, tapi kemudian kita membelinya. Percayalah, niat baik bisa mengubah apa yang tak mungkin menjadi mungkin. Niat baik.peduli sungai semoga bisa mengubah kebijakan para pemegang kebijakan untuk. lebih peduli dan merealisasikan apa yang sudah diatur secara regulasi sehingga sungai tetap bisa menjadi harta karun bagi anak cucu kita nanti," katanya kemudian.

Di Riau, keduanya sudah sejak 1 juli. Selama di Riau itu, keduanya melakukan ekspedisi dan penelitian di Sungai Siak. Di Pekanbaru, ekspedisi Sungai Siak dimulai dari jembatan 2 di Rumbai, kemudian ke Sungai Kampar, tepatnya di muara dekat terminal pertamina. Setelah itu lanjut ke Sungai Rawa dan ke Kota Siak memantau buangan limbah PT Indah Kiat.

Dari hasil penelitian itu, Prigi dan Amir mendapatkan beberapa pount penting. Pertama, buruknya sistem pengolahan/managemen sampah yang berdampak pada ditemukannya timbulan sampah di sungai.

Kedua, di hilir sungai, dengan tingginya aktivitas alih fungsi gambut menjadi kebun akasia memberikan efek turunnya kualitas air ditandai dengan rendahnya kadar oksgigen dalam air yang mengganggu habitat ikan. Penggunaan pupuk intensif juga meningkatkan kadar phospat di air yang secara langsung mengganggu perkembangbiakan ikan, karena kadar phospat dan logam berat tinggi akan merusak proses penetsan telur ikan.

Ketiga, minimnya komunitas atau kelompok masyarakat peduli sungai sehingga para pelaku perusak sungai tidak segan melakukan aktivitas destruktif.

Keempat, terjadi penurunan kualitas air yang menjadi habitat ikan sehingga banyak ikan-ikan asli Sungai Siak yang saat ini sulit dijumpai seperti tapah dan baung.

"Padahal dalam PPNomor  22/2021 disebutkan, sungai harus bebas sampah atau dalam PP, istilahnya nihil sampah," beber Prigi.

Prigi menjelaskan, karakter sungai di Riau berbeda dengan sungai-sungai lain di Sumatera yakni dengan karakter air gambut. Sumber air Sungai Siak berasal dari gambut. Berbeda dengan sungai lainnya yang bersumber dari gunung. Sehingga perubahan alih fungsi lahan gambut yang masif saat ini dipastikan menjadi faktor kuat yg mempercepat kepunahan," beber Prigi panjang lebar.

Hal senada juga disampaikan cak Amir. Meski dalam perbincangan santai dan hangat yang dipandu oleh Intan itu Cak Amir menyebut, bahwa, pengantin dalam perbincangan tersebut adalah Mas Prigi.

"Saya ini hanya tukang dokumentasi, pengantinnya Mas Prigi. Tapi apapun itu, kami berharap ekspedisi panjang ini, bisa memberi arti bagi negeri," kata Cak Amir.(*)

Ikuti Terus Sunting.co.id

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER