Kanal

Bumdes Simalinyang Gelar Festival dan Lomba Seni Budaya

KAMPAR (Sunting.co.id) - Untuk memeriahkan dan menyambut tibanya tahun baru 2023, Badan Usaha Milik Desa Simalinyang, Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar, menggelar berbagai perlombaan. Lomba yang dilaksanakan 30 dan 31 Desember 2022 ini dibungkus dalam kegiatan yang diberi nama Festival dan Lomba Seni Budaya.

Direktur Bumdes Simalinyang, Hendra Usmadi, menyebutkan, kegiatan ini bukan hanya untuk menyemarakkan tahun baru 2023 bersama masyarakat desa, tapi juga melestarikan seni dan budaya lokal yang ada di desa tersebut.

"Terakhir kali festival ini dilaksanakan tahun 2012. 10 tahun fakum. Tahun ini kami laksanakan kembali. Bukan hanya merayakan tahun baru, kumpul meyambut tahun baru bersama masyarakat, tapi inilah upaya kami melestarikan dan memperkenalkan budaya dan kearifan lokal yang ada di Simalinyang kepada khalayak ramai, khususnya generasi muda," kata Hendra.

Lomba dalam festival yang mengusung tema Membangkik Batang Taondam 2 ini, yakni, lomba masakan khas, maka-up pengantin, fashion show dan lomba mewarnai. Lomba ini juga mengusung konsep tempo dulu. Artinya, kuliner atau makanan khas tempo, fashion tempo dulu  dulu dan pengantin tempo dulu atau pengantin tahun 70-an.

Kegiatan yang dipusatkan di pendopo Desa Simalinyang ini berlangsung semarak, unik dan mengundang tawa riang setiap warga yang menyaksikan. Begitu juga dengan dewan juri yang terpesona bahkan terhibur melihat festival tersebut.

Panitia menghadirkan dua juri dalam festival ini. Mereka adalah Kunni Masrohanti seniman, pegiat ekowisata dan budayawan Riau, serta Felozen pelaku budaya dan seniman asal Kampar.

"Saya bangga dengan festival seni budaya tingkat desa seperti di Desa Simalinyang yang sangat jarang dilaksanakan ini, apalagi ada lomba makanan khas. Maka, apa yang dilakukan Bumdes Simalinyang ini layak dicontoh oleh desa-desa lain. Sungguh, ini upaya pelestarian budaya, ada nilai edukasi, bahkan ekonomi yang luar biasa," kata Kunni yang juga Founder Komunitas Seni Rumah Sunting Pekanbaru tersebut.

Nilai edukasi tersebut antara lain, bagaimana masyarakat bisa bertahan hidup dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai menu masakan bergizi. Inilah yang tersirat jelas dalam lomba masakan tradisi tersebut.

Kelompok yang ikut lomba dari berbagai dusun itu menyajikan menu dengan bahan dasar sayur dan tanaman yang mudah didapat. Seperti gulai ingau atau induk ikan motan dari Sungai Kampar yang bisa didapat di desa itu, gulai taleh, sambal kacau paku belacan,  sawik timun, anyang batobo, gulai tobu tolu ikan salai, piyandau ubi, sagun, golopuong dan masih banyak lainnya.

"Semangat Bumdes luar biasa, layak ditiru. Anak-anak muda yang peduli dan mau menjaga kekayaan budaya lokal. Jangan dilihat siapa dan berapa pesertanya, tapi nilai dan kepedulian itu yang harus dilanjutkan. Semoga tahun depan lebih meriah lagi," kata Kunni lagi.

Hal senada juga diungkapkan Felozen. Juri asal Kampar yang tinggal di Simalinyang ini mengaku bangga dan tidak menyangka antusias masyarakat sangat tinggi. Apalagi saat menyaksikan arakan pasangam pengantin tempo dulu yang menarik perhatian masyarakat termasuk Ninik Mamak yang hadir.

"Festival ini sangat luar biasa. Tahniah dan selamat kepada Bumdes. Tetap semangat dan tahun depan laksanakan dengan lebih meriah lagi," kata Felozen pula.(*)

Ikuti Terus Sunting.co.id

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER